Belajar Mencintai Diri Sendiri dari Film Imperfect

| 19 Dec 2019 13:40
Belajar Mencintai Diri Sendiri dari Film <i>Imperfect</i>
Film Imperfect. (Twitter @film_imperfect)
Jakarta, era.id - Film terbaru karya Ernest Prakasa, Imperfect, mulai tayang di bioskop Tanah Air pada hari ini, Kamis (19/12/2019). Secara keseluruan Imperfect adalah film yang wajib ditonton menjelang pergantian tahun sebagai refleksi diri. Film ini siap menghangatkan hati Anda dengan isu soal body shamming atau mengejek bentuk tubuh dan mencintai diri sendiri yang disampaikan melalui sebuah komedi.

Imperfect mengisahkan tentang Rara (Jessica Milla) yang tak peduli dengan ejekan orang lain mengenai bentuk tubuhnya yang tidak proporsional untuk ukuran seorang perempuan seusianya. Sebab dia sudah mendengarkan hal ini sejak kecil dan menjadi terbiasa.

Rara pun sangat beruntung karena memiliki pacar seperti Dika (Reza Rahadian) yang mencintai dan menerima apa adanya. Dika menganggap Rara adalah sosok yang sempurna karena memiliki hati yang baik dan lembut.

 

Keadaan berubah ketika bos Rara (Dion Wiyoko) memintanya untuk memperbaiki penampilan jika ingin menduduki posisi manajer di kantornya. Bagi Rara ini adalah kesempatan besar, dia pun bertekad untuk menjadi perempuan kurus dan cantik seperti gambaran iklan di televisi.

Namun ada harga yang harus dibayar, Rara kehilangan orang-orang yang mencintainya. Sebab pada akhirnya, dia juga memiliki sikap yang sama dengan mereka yang pernah mengejeknya.

Membawa isu sensitif

Hidup dengan standar yang diciptakan orang lain adalah isu yang paling ditonjolkan dalam film ini dan memang sangat relevan dengan kehidupan kita, seolah-olah ini menjadi hal yang biasa.

Body shamming sering menjadi sebuah lelucon dalam pergaulan bahkan di lingkungan keluarga. Jika melawan akan dianggap baper atau sensitif, diam saja membuat sakit hati.

Ernest dan istrinya, Meira Anastasia yang juga menulis skenario untuk Imperfect mampu membawa isu body shamming ini dengan gaya yang ringan, penuh celotehan dan tawa sehingga isu yang sensitif ini hadir dan membentuk sudut pandang baru bagi yang menyaksikannya.

Secara tidak sadar film ini mengajak untuk bercermin, apakah kita bagian dari mereka yang sering melontarkan ejekan atau Rara yang pada akhirnya hidup dari standar orang lain. Gambaran relevan yang ditampilkan dalam Imperfect pun sebenarnya memiliki pesan yang cukup berat tapi berkat kepiawaian keduanya, kita dapat mencernanya dengan santai.

 

Bukan Ernest namanya jika tidak bisa membuat penonton menangis sekaligus tertawa di momen yang sama. Ernest mampu menempatkan sisi komedi di waktu yang tepat lewat para komika atau pelawak tunggal yang bergabung.

Komedi di sini terbangun lewat obrolan santai atau celotehan antar pemain, bahkan seorang Reza Rahadian juga mampu menghadirkan tawa melalui celetukan singkatnya. Beberapa lawakan yang dilontarkan oleh pemain pun cukup terngiang sampai keluar dari bioskop.

Dramanya? Tentu saja drama juga cukup kuat. Pesan yang disampaikan dalam film ini membawa drama tersendiri. Ada momen di mana hubungan antara orangtua dan anak begitu membekas dan menguras airmata. Tapi lagi-lagi bukan Ernest namanya jika disela-sela tangisan tidak bisa menyajikan sesuatu yang menggelitik.

Rekomendasi