"Kami terus mengumpulkan data pelatnas dari setiap cabang olahraga Asian Games. Mungkin pada akhir Maret kami sudah mendapatkan data yang lebih rinci terkait pencapaian latihan dan perkembangan menuju target prestasi," kata Wakil III Ketua Umum Bidang Litbang, Pullahta, dan Kesejahteraan Pelaku Olahraga KONI Pusat Eka Wahyu Kasih, seperti dilansir Antara, di Jakarta, Selasa (27/2/2018).
Empat kendala tersebut adalah kepemilikan asuransi bagi atlet, keberadaan ahli gizi dan suplemen, sosialisasi zat doping, serta kebutuhan peralatan yang kurang.
"Atlet-atlet cabang olahraga, terutama yang berpotensi medali, sangat rawan kecelakaan saat berlatih. Mereka butuh asuransi untuk meringankan beban tim jika terjadi kecelakaan," jelas Eka yang juga menjadi koordinator cabang-cabang olahraga terukur dari KONI Pusat itu.
Setiap cabang olahraga juga tidak memiliki pakar gizi yang mampu mengukur kebutuhan gizi setiap atlet serta pengaturan suplemen makanan yang sesuai.
"Selama ini, mereka meramu sendiri kebutuhan gizi masing-masing atlet dengan menu makanan yang ada. Suplemen makanan juga perlu diatur karena tidak bagus bagi tubuh atlet jika kurang atau justru berlebihan," ujarnya.
Ketua Umum Pengurus Besar Gabungan Bridge Seluruh Indonesia (PB GABSI) itu mengatakan atlet, pelatih, dan manajer tim pelatnas masing-masing cabang olahraga juga kurang mendapatkan informasi terkait kandungan zat-zat doping.
"Mereka perlu mendapatkan sosialisasi doping. Jika ada atlet yang sakit, mereka dapat menghindari obat yang mengandung doping," terang Eka.
Kemudian, sambungnya, sejumlah cabang olahraga juga masih menemui kendala terkait peralatan latihan. Padahal, hanya tersisa waktu 5-6 bulan saja sebelum Asian Games ke-18 digelar.
Meski demikian, Eka mengklaim, pihaknya masih terus memantau perkembangan setiap atlet.
"Kami terus memantau perkembangan setiap atlet dalam periode dua pekan. Kami mencatat siapa atlet yang diproyeksikan medali dan hasil prestasi yang telah diraihnya saat ini, lalu membandingkan catatan waktu dengan para pesaing di Asia sehingga muncul gap," akunya.
Gap perolehan waktu itu, menurut Eka, akan menjadi indikator perkembangan latihan atlet-atlet nasional berpotensi medali Asian Games.
Eka menyebut, KONI juga terus memberikan laporan kepada Kementerian Pemuda dan Olahraga tentang hasil pemantauan latihan program Pelatnas cabang-cabang olahraga Asian Games.
"Jika atlet-atlet itu tidak dapat mendekati catatan waktu dengan para pesaing mereka dalam Asian Games, setidaknya mereka berpotensi meraih medali emas pada SEA Games 2019 karena pelatnas adalah program berkelanjutan tanpa putus," kata dia.