Joey lahir pada 25 Juni 2003. Ia mulai bermain piano saat berusia enam tahun ketika orang tuanya memberinya kibord elektronik berukuran kecil yang serta merta membuatnya terdorong mempelajari lagu jazz standar dari Thelonious Monk, Well, You Needn't (1944) secara otodidak.
"Saya berterima kasih atas bakat yang diberikan Tuhan kepada saya dalam memainkan musik yang saya cintai," kata Joey dalam sebuah wawancara dengan Reuters beberapa waktu lalu.
Pria asal Bali ini mengaku tergila-gila dengan Herbie Hancock saat menonton penampilan legenda jazz Amerika itu di Java Jazz Festival 2011. Ia kemudian memutuskan pindah ke New York bersama keluarganya pada 2014 untuk mengasah lebih jauh kemampuan bermusiknya.
Pada usia 12 tahun, tepatnya September 2016, Joey merilis album keduanya Countdown. Di dalam album ini bersemayam sembilan trek termasuk dua lagu cover version dari musisi jazz ternama, Billy Strayhorn dan John Coltrane.
Foto: Twitter @SFJAZZ_HSAS
Joey sudah mendengarkan lagu-lagu tersebut sejak kecil, dan Countdown diakuinya sebagai lagu yang sangat sulit dimainkan. Tapi hebatnya, Joey mampu merekam lagu hit milik Coltrane tersebut dengan sekali rekam. Tanpa revisi atau tambalan.
Musik jazz, kata Joey, bukan sekadar tentang teknik. Melainkan juga tentang feeling yang menitikberatkan pada cara bagaimana kita bermain musik dan kebebasan yang bisa kita berikan. Itulah mengapa dirinya selalu mencoba melatih feeling dan berlatih piano dua hingga tiga jam dalam sehari.
Ia juga banyak melatih pendengaran, kemudian melatihnya dengan memainkan materi baru yang belum pernah ia coba sebelumnya.
Kendati demikian, Joey masih tetap sederhana. "Saya tidak merasa jenius," tutup Joey.