ERA.id - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengumumkan hasil investigasi kecelakaan kereta lintas rel terpadu (LRT) Jabodebek yaitu Stasiun Harjamukti-Stasiun Ciracas, pada Senin (25/10/2021) lalu.
Kecelakaan tersebut melibatkan Train Set (TS) 20 dan TS 29.
Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Perkeretaapian KNKT Suprapto menjelaskan, investigasi menunjukkan kecelakaan disebabkan teknisi TS 29 tidak fokus dalam menjalankan kereta.
Kemudian, juga terjadi distraction yang disebabkan penggunaan handphone. Penggunaan telepon seluler tersebut terkait dengan pengaturan kereta.
"Berdasarkan temuan-temuan dan hasil analisis, kecelakaan disebabkan teknisi TS 29 tidak fokus dalam menjalankan kereta," ujarnya, dalam siaran persnya, Senin (20/12/2021).
Menurut Suprapto, sesaat sebelum kereta berjalan menuju arah Stasiun Harjamukti, teknisi TS 29 menurunkan sun visor. Tentu hal ini menyebabkan terhalangnya pandangan ke depan.
"Kereta berjalan dengan kondisi sun visor sebagian tertutup. Sehingga tidak melihat TS 20 yang berhenti dan selanjutnya terjadi tabrakan dengan kecepatan lebih dari 50 km/jam," tuturnya.
Masih dari penjelasannya, kesimpulan penyebab kecelakaan kereta itu berdasarkan 12 temuan.
Pertama, jarum speedometer analog pada MC1 TS 29 berhenti pada posisi 50 km/jam.
Kedua, SOP langsir di mainline sesuai batas kecepatan dan diturunkan menjadi 3 km/jam saat melihat kereta di depannya.
Ketiga, SOP langsir belum mengatur metode komunikasi, pada kejadian tersebut mereka menggunakan aplikasi WhatsApp dari telepon seluler.
Keempat, titik berhenti langsir tidak jelas.
Kelima, ada lengkung sebelum lokasi kecelakaan pandangan terhalang adanya pepohonan.
Keenam, hasil download kedua HMI TS 29 tidak sesuai dengan tanggal dan waktu kejadian.
Ketujuh, SDiag (on board diagnostic) belum dikonfigurasi.
Delapan, teknisi TS 29 mengalami distraction akibat penggunaan handphone.
Sembilan, teknisi TS 29 tidak fokus melihat kecepatan dan posisi kereta.
Sepuluh, sun visor tertutup sebagian, sehingga membatasi pandangan bebas teknisi kedepan.
Sebelas, ergonomi kabin tidak optimal (desain kursi berputar).
Dua belas, terdapat pelat cover pada tombol emergency brake button.