PDIP Bandingkan Anies dengan Djarot Saiful Hidayat: Dulu Tanah Abang Beres, Kini Macet

| 09 Jan 2022 20:32
PDIP Bandingkan Anies dengan Djarot Saiful Hidayat: Dulu Tanah Abang Beres, Kini Macet
Djarot Saiful Hidayat dok. PDIP

ERA.id - Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyoroti kondisi kawasan Tanah Abang, Jakarta yang kini kembali macet.

Padahal, sebelum Anies Baswedan menjabat sebagai Gubernur DKI, kawasan Tanah Abang sudah lebih teratur.

Hasto mengaku, mantan Gubernur DKI Jakarta yang merupakan kader PDIP, Djarot Syaiful Hidayat pernah mengatakan pembangunan di Jakarta seperti tari poco-poco yang maju mundur. Termasuk soal penataan kawasan Tanah Abang.

"Pak Djarot melihat ini kok rasanya seperti poco-poco maju mundur. Tanah Abang dulu sudah beres dan tidak macet. Lha kok tiba-tiba ganti pemimpin Tanah Abang jadi macet, Tanah Abang jadi berubah," kata Hasto di Banjir Kanal Timur (BKT), Jakarta Timur, Minggu (9/1/2022).

Tak hanya kawasan Tanah Abang saja, Hasto juga menyoroti kondisi waduk-waduk di Jakarta yang tak dikelola dengan baik. Sangat berbeda ketika Jakarta dipimpin oleh Djarot.

Hal itu juga sempat dia dengar dari seorang camat yang mengaku bahwa sejumlah sodetan tidak berfungsi. Padahal, hal itu penting untuk mencegah banjir.

"Dulu waduk-waduk dikelola dengan sangat baik. Contohnya aspirasi dari camat untuk sodertan saja sudah berapa lama tidak jalan, padahal itu penting dalam menjaga upaya mencegah banjir," kata Hasto.

Hasto mengatakan, saat Djarot memimpin Jakarta, partai menugaskan untuk merumuskan skala pembangunan di ibukota. Bukan sekedar membangun banyak gedung-gedung pencakar langit.

Tetapi juga memperhatikan lingkungan, sehingga masyarakat menjadi lebih bahagia.

"Pak Djarot ditugaskan merancang agar kehidupan di Jakarta juga menjadi kebanggan kita. Bukan karena gedung-gedungnya, tapi ada yang lebih hakiki dari itu, tentang kebahagian warganya, tentang lingkungannya yang indah dan asri, tentang kebudayaannya," kata Hasto.

Oleh karenanya, dia merasa Jakarta mengalami kemunduran sebab pemimpin saat ini tak mampu memahami hakikat kepemimpinan untuk rakyat.

"Jadi berganti pimpinan kalau tidak memahami hakikat kepemimpinan untuk rakyat maka yang terjadi adalah kemunduran," pungkasnya.

Rekomendasi