ERA.id - Hagia Sophia, Istanbul, Turki telah ditetapkan menjadi masjid. Presiden Turki Tayyip Erdogan pun berbagi video tentang lagu "Hagia Sophia yang berisi sembilan bahasa di akun Twitter-nya.
Video tersebut berisi penyanyi dari berbagai negara Muslim, yang masing-masing menyanyikan bagian dari lagu tersebut dalam bahasa mereka sendiri. Yaitu bahasa Kirgistan, Bosnia, Albania, Arab, Azerbaijan, Kurdi, Swahili, Bengali, dan Turki
Lirik dari lagu berjudul "Ayasofya" bercerita tentang fungsi bangunan yang bisa menjadi tempat berlindung dan rasan kagum akan keindahan Hagia Sophia.
“Hagia Sophia, kami akan bersembunyi di bayang-bayangmu dari badai dan matahari yang panas. Kami akan berdiri di depanmu tanpa ragu, dan kamu akan bangga dengan cucu-cucu Fatih (Sultan Mehmet II, yang menaklukkan Istanbul pada tahun 1453-red.). Hagia Sophia, kamu tidak batu, kami memuji nama Anda di seluruh dunia. Kami saling merindukan."
Ayasofya... Rüzgârlar essin kubbende hürriyetin. Ta ezelden sen bizimsin, biz de senin... pic.twitter.com/DkBdP89hwZ
— Recep Tayyip Erdoğan (@RTErdogan) July 22, 2020
Sejarah mencatat, Hagia Sophia didirikan oleh kaisar Kristen Justinian dan dibuka pada 27 Desember 537. Selama sekitar seribu tahun, katedral adalah kuil terbesar di dunia Kristen.
Setelah penangkapan Konstantinopel oleh Ottoman dan jatuhnya Kekaisaran Bizantium pada tahun 1453, katedral diubah menjadi masjid.
Namun, sejak tahun 1934, dengan keputusan pendiri negara Turki modern, Kemal Ataturk, bangunan itu ditetapkan menjadi museum dan kemudian dimasukkan dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO.
Pada 10 Juli, Dewan Negara Turki, pengadilan administratif tertinggi di negara itu, membatalkan keputusan 1934 untuk mengubah Hagia Sophia menjadi museum.
Segera setelah itu, Presiden Turki Tayyip Erdogan mengumumkan bahwa ia telah menandatangani dekrit tentang transformasi katedral menjadi masjid dan permulaan layanan Muslim di sana.