ERA.id - Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Prof Dr I Gede Arya Sugiartha berpandangan kebudayaan Bali saat ini tidak dalam kondisi yang baik-baik saja karena menghadapi gempuran dari sisi eksternal dan internal.
"Dari luar memang kelihatan kebudayaan Bali sudah kuat sudah maju. Akan tetapi gempuran dari luar itu tetap harus diwaspadai," kata Arya Sugiartha dalam perayaan Hari Jadi ke-37 Dinas Kebudayaan Provinsi Bali di Denpasar dikutip dari Antara, Selasa (10/1/2023).
Ia menambahkan kebudayaan Bali tidak dalam kondisi baik-baik saja sebab kebudayaan setempat tidak berjalan dalam relnya.
"Sedikit saja kita lengah, kebudayaan Bali akan tergerus. Bapak Gubernur Bali sudah luar biasa karena sudah dikuatkan secara sistemik, mulai dari regulasi termasuk desa adat dikuatkan," ujar mantan Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar itu.
Itu sebabnya Provinsi Bali juga telah memiliki Perda No. 4 Tahun 2020 tentang Penguatan dan Pemajuan Kebudayaan Bali.
Arya Sugiartha mengemukakan gempuran atau tantangan dari sisi eksternal (luar) itu berupa globalisasi dan teknologi. Contohnya saja soal hadirnya tari Joged Bumbung yang dibawakan dengan porno ibaratnya ketika diberantas 100, malah tumbuh 1.000 dan selalu bergulir.
"Manusia karena ingin mempermudah hidupnya sehingga menganggap segala sesuatu yang memuja akal (seperti teknologi) dianggap bisa mengatasi segalanya," ucapnya.
Selanjutnya tantangan internal karena banyak diperbuat oleh orang Bali sendiri. Arya Sugiartha mencontohkan meskipun sudah ada edaran agar tidak melecehkan tari sakral, namun tetap ada juga yang bermain-main tari Rejang (salah satu tari sakral) malah ditarikan oleh laki-laki.
Gempuran dari dalam atau internal juga karena cara berpikir masyarakat Bali yang mulai logosentris atau yang hanya memuja akal dan lupa bahwa memiliki akar kebudayaan yang mengharmonisasi antara kekuatan akal dengan kekuatan jiwa.
"Karena orientasinya ekonomi, senang dengan sesuatu yang instan dan mereka hanya berpikir kesenian yang baik itu yang menghibur saja, padahal sesungguhnya tidak," ucap birokrat asal Pujungan, Kabupaten Tabanan tersebut.
Menurut Arya Sugiartha, kesenian adalah sumber nilai kemanusiaan. Kemudian barulah ada unsur hiburan dan selanjutnya dimajukan sebagai kekuatan ekonomi.
"Dengan ketiganya tercapai, itu tujuan atau sasarannya. Sedangkan sekarang 'kan belum. Oleh sebab itu Dinas Kebudayaan harus menjadi garda terdepan dalam membantu Pemerintah Provinsi Bali menyelenggarakan pemerintahan di bidang itu aga kebudayaan bisa kuat dan maju," katanya.
Arya Sugiartha menegaskan meskipun kondisinya demikian, pihaknya tidak pesimistis. Tetapi kondisi tersebut harus dibaca agar kita tidak lengah.
"Yang jelas, kita tidak bisa hidup hanya memuja akal saja dan bahkan sudah diakui oleh berbagai pihak bahwa logika itu tidak mampu menyelesaikan semua persoalan," ujarnya.
Selain itu, para tokoh juga menyampaikan dunia akan sempurna apabila ada harmonisasi antara logika, etika dan estetika. Kalau satu saja mendominasi, maka tidak akan ada harmonisasi.
Perayaan Hari Jadi ke-37 Dinas Kebudayaan Provinsi Bali diisi dengan berbagai acara hiburan yang dibawakan oleh para pegawai Disbud Bali diantaranya peragaan busana, tari Joged Bumbung hingga bondres. Selain itu juga dihadiri oleh para mantan Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali dan para undangan.