ERA.id - Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran sekaligus politisi Gerindra, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, membeberkan cerita di balik kemunculan Prabowo Subianto yang diidentikkan dengan gemoy.
“Waktu kata gemoy itu muncul pun, itu bukan dari TKN. Karena itu kan munculnya jauh setelah Pak Prabowo menyatakan akan maju sebagai capres. Artinya, itu bukan secara strategi dilakukan dari awal,” kata Saras dilansir dari Antara, Kamis kemarin.
Menurut Saras, istilah gemoy muncul dengan sendirinya di kalangan masyarakat karena melihat Prabowo menampilkan joget khasnya.
Adapun joget tersebut, kata dia, merupakan bentuk kegembiraan Prabowo karena merasa lebih rileks dalam Pilpres 2024 ini.
“Beliau itu karena lebih rileks, nothing to lose (tidak akan rugi), enggak ada satu pun beban bagi beliau untuk harus dipilih, itu tidak. Beliau itu kalau dipilih ya alhamdulillah, kalau enggak dipilih ya sudah... kalau lagi rileks itu artinya suka, kalau gembira. Kalau rileks kan lebih gembira, kalau gembira, ya, bisa muncullah goyang-goyang,” tutur dia.
Saras mengaku istilah gemoy pada akhirnya diadopsi oleh TKN karena melihat animo positif di masyarakat, khususnya generasi muda, sehingga dinilai bisa membantu Prabowo menjangkau pemilih milenial dan gen Z.
“Kita lihat karena antusiasme dari masyarakat sebegitu besarnya untuk gemoy ini dan mudahnya untuk gen z dan gen y mengadopsi itu, sehingga akhirnya kita angkat itu, yang awalnya Pak Prabowo juga sampai nanya ‘Apa, sih, ini gemoy?’,” kata Saras.
Di sisi lain, dia pun menepis anggapan bahwa TKN berupaya memoles citra figur Prabowo maupun pasangannya, calon wakil presiden Gibran Rakabuming Raka. “Kalau memoles itu seolah-olah kita mengubah, sosok dari seorang Pak Prabowo dan Mas Gibran untuk menjadi sesuatu yang bukan mereka, sedangkan itu tidak dilakukan sama sekali,” tandasnya.