ERA.id - Konflik antara Iran dan Israel diprediksi berpotensi mengganggu pertumbuhan ekonomi di Indonesia, sebab dapat memicu kenaikan harga energi dan inflasi.
Analis ekonomi keuangan Rully Nova mengatakan, konflik geopolitik yang menyebabkan ketidakpastian global seringkali berakibat pada pelemahan rupiah.
"Jika ada konflik akan mengakibatkan ketidakpastian global yang berakibat pada pelemahan rupiah dan mengganggu momentum pertumbuhan ekonomi," kata Rully dikutip dari Antara, Kamis (18/4/2024).
Dia menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini terbesar masih ditopang oleh pengeluaran domestik terutama konsumsi masyarakat.
Namun, dengan tren tingkat inflasi yang naik akan mengganggu tingkat konsumsi masyarakat, ditambah lagi dengan konflik Iran dan Israel yang akan mendorong lonjakan harga energi dan inflasi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat inflasi tahunan (year on year/yoy) pada Maret 2024 sebesar 3,05 persen atau terjadi peningkatan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 102,99 pada Maret 2023 menjadi 106,13 pada Maret 2024.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa pemerintah terus mencermati tingkat suku bunga, harga minyak, dan biaya logistik global serta penyerapan Surat Berharga Negara (SBN) untuk mengantisipasi dampak lebih lanjut dari konflik Iran-Israel tersebut.
“Yang sekarang kami jaga yang paling penting adalah biaya logistik. Nah kalau biaya logistik, kemarin sebelum ada konflik Iran-Israel saja sudah naik akibat (serangan) Houthi dan juga yang lain,” katanya di Jakarta, Selasa (16/4).
Airlangga juga menyatakan bahwa pemerintah juga berupaya menjaga biaya transportasi karena berpotensi terdampak kenaikan biaya bahan bakar minyak (BBM) akibat tensi geopolitik dunia yang semakin memanas.
Pihaknya berharap pertumbuhan ekonomi, inflasi dan suku bunga domestik dapat tetap terjaga di tengah ketidakpastian global saat ini.