Menkes: Vaksin AstraZeneca Benefitnya Lebih Besar daripada Risikonya

| 03 May 2024 19:50
Menkes: Vaksin AstraZeneca Benefitnya Lebih Besar daripada Risikonya
Ilustrasi vaksin AstraZeneca. (Era.id/Nisa Rahma Tanjung)

ERA.id - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin buka suara prihal kabar vaksin AstraZeneca menimbulkan sejumlah efek samping seperti pembekuan darah hingga penurunan trombosit yang berakibat fatal.

Menurutnya, vaksin Covid-19 produksi AstraZeneca memiliki manfaat yang lebih besar ketimbang risiko efek samping yang mungkin terjadi pada penerima vaksin.

"WHO kan yang meng-approve langsung, vaksin ini dibilang bahwa benefitnya lebih besar daripada risiko, sehingga waktu itu diberikan izin untuk dijalankan di seluruh dunia," kata Budi dikutip dari Antara, Jumat (3/5/2024).

Lagipula, menurutnya risiko efek samping berupa pembekuan darah akibat sindrom trombosis dengan trombositopenia atau (thrombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS), yang belakangan dikaitan dengan vaksin AstraZeneca, sebenarnya telah diungkap para pakar di bidang imunolog vaksinasi sejak era pandemi melanda Indonesia.

Oleh karena itu, pemerintah menerapkan protokol pengawasan berstandar global yang melibatkan tim independen, Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), yang diisi oleh pakar di bidang imunologi untuk proses pengawasan di Indonesia.

"Kita minta untuk memberikan kajian, ini vaksin-vaksin yang masuk ada Pfizer, AstraZeneca, Moderna, apalagi teknologi-teknologinya kan baru yang mRNA ini kan itu seperti apa? Dan kesimpulannya mereka sama, dilihat benefit sama risiko," katanya.

Dia lantas mengandaikan manfaat vaksin Covid-19 seperti operasi jantung. Meskipun ada risikonya, namun terbukti mampu menyelamatkan nyawa.

Terkait risiko vaksin Covid-19 yang relatif kecil, Budi menyebut hal itu sangat dipengaruhi oleh faktor genetik dari para penerima manfaat, sebab tergantung pada kecocokannya.

"Sama kalau kita dioperasi juga. Saya operasi jantung, pada saat operasi kan kita tahu ada risiko, tetapi benefit untuk menyembuhkan penyakit kita, untuk menyelamatkan nyawa kita, jauh lebih besar," ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Budi menyampaikan hasil pengecekan data dari otoritas terkait bahwa kejadian TTS di Indonesia belum ditemukan hingga sekarang, meskipun di luar negeri efek samping itu mungkin terjadi.

"Nah mungkin itu kejadian di suatu negara yang melakukan pemberitaan dan mungkin karena memang khusus untuk populasi mereka mungkin genetikanya ada yang berdampak. Tapi di kita saya cek ITAGI, tidak ada," katanya.

Diberitakan sebelumnya, Raksasa farmasi AstraZeneca mengakui bahwa vaksin Covid yang banyak digunakan di berbagai negara bisa menyebabkan efek samping. Salah satu efek samping yang ditimbulkan adalah pembekuan darah. 

Menurut laporan The Telegraph, beberapa penelitian yang dilakukan selama pandemi menunjukkan bahwa vaksin AstraZeneca dengan merek Covishield bisa menimbulkan efek samping seperti pembekuan darah hingga penurunan trombosit yang berakibat fatal. Meski pun 60 hingga 80 persen efektif dalam melindungi terhadap virus corona baru. 

Meskipun AstraZeneca telah membantah klaim ini, mereka untuk pertama kalinya mengakui dalam salah satu dokumen pengadilan bahwa vaksin tersebut “dalam kasus yang sangat jarang, dapat menyebabkan TTS”, atau Sindrom Trombosis dengan Trombositopenia, yang ditandai dengan pembekuan darah dan trombosit darah rendah. diperhitungkan pada manusia. 

“Diakui bahwa vaksin AZ, dalam kasus yang sangat jarang, dapat menyebabkan TTS. Mekanisme penyebabnya tidak diketahui,” kata perusahaan itu dalam dokumen pengadilan pada bulan Februari 

“Lebih jauh lagi, TTS juga bisa terjadi tanpa adanya vaksin AZ (atau vaksin apapun). Penyebab dalam setiap kasus akan bergantung pada bukti ahli,” tambahnya. 

Rekomendasi