Kemendikbudristek Beri Penghargaan 3 WNA Dianggap Majukan Budaya Indonesia, Seberapa Besar Perannya?

| 25 Sep 2024 21:35
Kemendikbudristek Beri Penghargaan 3 WNA Dianggap Majukan Budaya Indonesia, Seberapa Besar Perannya?
Dubes RI untuk Belanda periode 2015-2020 I Gusti Agung Wesaka Puja bersama tiga WNA penerima penghargaan AKI 2024 (ANTARA/HO-BKHM Kemendikbudristek)

ERA.id - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) memberi apresiasi dan penghargaan kepada Warga Negara Asing (WNA) yang ikut memajukan budaya Indonesia melalui Anugerah Kebudayaan Indonesia (AKI) Tahun 2024.

Dalam rilis yang disiarkan Kemendikbudristek di Jakarta, pada Rabu, WNA yang menerima penghargaan itu ialah Andrew Timar, Marianna Zofia Lis, serta Boi Akih.

Kemendikbudristek menilai ketiga nama tersebut memiliki apresiasi dan kecintaan pada kebudayaan Indonesia yang diwujudkan melalui dedikasi mereka dalam berkarya dan memperkenalkan budaya Indonesia di negara masing-masing.

Andrew Timar ialah seorang berkewarganegaraan Kanada yang berprofesi sebagai seniman, komposer, dan pengajar. Ketertarikannya pada musik budaya Indonesia telah terbentuk lama sejak tahun 1970.

Sepanjang kariernya, Timar fokus dan paling dikenal sebagai pemain suling Sunda dalam Evergreen Club Contemporary Gamelan (ECCG) di Toronto. Melalui grup ECCG, Timar aktif mempopulerkan kesenian Indonesia, hingga tampil pada berbagai pertunjukan di Kanada dan luar Kanada.

Timar juga diketahui mengajar di berbagai perguruan tinggi serta mempresentasikan karyanya terkait seni Indonesia di beragam festival. Timar bekerja sama dengan KBRI menyelenggarakan kegiatan promosi budaya Indonesia, seperti lokakarya gamelan, termasuk pengiriman gamelan untuk sekolah di Toronto, Kanada.

Sementara wanita Polandia bernama Marianna Zofia Lis terpikat mendalami seni wayang. Marianna menekuni keahlian sebagai peneliti wayang, teater dalang Indonesia, pemain gamelan, serta penerjemah karya sastra Indonesia.

Marianna menjadi penulis monograf pertama dan satu-satunya mengenai wayang kulit tradisional maupun kontemporer di Polandia. Ketertarikannya menelaah seni wayang kulit dan pedalangan telah digelutinya selama 18 tahun.

Kecintaan Marianna pada wayang kulit dan pedalangan ditularkan kepada sejumlah murid sekolah di Polandia melalui berbagai pertunjukan karawitan. Selain itu ia juga turut mengembangkan komunitas Warsawa Gamelan Group dan terlibat aktif bermain alat musik gamelan.

Kemudian musik etnik Maluku, Sunda, dan Bali menjadi dikenal di Belanda berkat inovasi grup musik Boi Akih. Tahun 1997 merupakan pertama kalinya grup musik Boi Akih terbentuk usai penggagasnya yakni Monica Akihary dan Niels Brouwer lulus kuliah pendidikan seni di Indonesia.

Bahkan salah satu personelnya Monica Akihary juga kerap menggunakan Bahasa Haruku di Maluku sebagai tanah leluhurnya.

Boi Akih telah merilis sebelas album dan sering tampil di festival musik internasional, seperti North Sea Jazz Festival, Festival Radio France, serta Korea Music Festival. Ia juga pernah mendapat penghargaan Jazz and Improvisaso Boy Edgar Prize 2023

Rekomendasi