Fadli Zon: Laporan TGPF Soal Perkosaan Massal 98 Tak Ada Data Solid

| 16 Jun 2025 15:55
Fadli Zon: Laporan TGPF Soal Perkosaan Massal 98 Tak Ada Data Solid
Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon. (Antara).

ERA.id - Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon mengatakan, laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) soal peristiwa pemerkosaan massal yang terjadi saat kerusuhan Mei 1998, tidak disertai data yang solid. Menurutnya, laporan tersebut hanya memuat angka tanpa nama hingga waktu kejadian.

Hal itu merupakan respons atas kritikan terhadap pernyataannya yang dinilai menyangkal adanya peristiwa pemerkosaan massal pada tahun 1998.

"Laporan TGPF ketika itu hanya menyebut angka tanpa data pendukung yang solid baik nama, waktu, peristiwa, tempat kejadian atau pelaku," kata Fadli dalam keterangannya, Senin (16/6/2025).

Dia tak menyangkal bahwa kerusuhan Mei 1998 yang menjadi titik runtuhnya Orde Baru menimbulkan beragam perspektif, termasuk pemerkosaan massal.

Meski begitu, menurutnya, tak ada fakta-fakta yang kuat bahwa saat kerusuhan Mei 1998 terjadi pula peristiwa pemerkosaan. Bahkan, liputan investigasi salah satu majalah juga tidak bisa membuktikannya.

Oleh karena itu, Fadli menilai bahwa tudingan adanya pemerkosaan massal harus hati-hati dan teliti. Sebab menurutnya, hal ini berkaitan dengan nama baik bangsa.

"Di sinilah perlu kehati-hatian dan ketelitian karena menyangkut kebenaran dan nama baik bangsa. Jangan sampai kita mempermalukan nama bangsa sendiri," katanya.

"Berbagai tindak kejahatan terjadi di tengah kerusuhan 13-14 Mei 1998, termasuk kekerasan seksual. Namun terkait ‘perkosaan massal’ perlu kehati-hatian karena data peristiwa itu tak pernah konklusif," sambung Fadli.

Prihal isu dihapusnya narasi perempuan dalam penulisan ulang sejarah Indonesia, dia tegas membantah. Politisi Partai Gerindra itu mengatakan, narasi mengenai gerakan, kontribusi, dan isu-isu perempuan tetap ditulis.

Misalnya, kemunculan organisasi-organisasi perempuan pada masa kebangkitan nasional, termasuk Kongres Perempuan 1928 serta peran organisasi perempuan sebagai ormas; kontribusi perempuan dalam perjuangan diplomasi dan militer; dinamika perempuan dari masa ke masa; penghapusan kekerasan dalam rumah tangga, hingga pemberdayaan dan kesetaraan gender dalam kerangka pembangunan berkelanjutan (SDGs).

"Justru sebaliknya, salah satu semangat utama penulisan buku ini adalah memperkuat dan menegaskan pengakuan terhadap peran dan kontribusi perempuan dalam sejarah perjuangan bangsa," kata Fadli.

Rekomendasi