ERA.id - Presiden Joko Widodo kerap menjadi perbincangan dengan berbagai terobosan kebijakan dan gaya kepemimpinannya.
Dalam hal program pembangunannya, periode pertama dibuktikan dengan banyaknya infrastruktur baru yang dibangun hingga ke pelosok negeri.
Tetapi, alih-alih mau membuatnya disebut sebagai “Bapak Infrastruktur Indonesia”, Jokowi justru kerap menyebut menterinyalah yang cocok menyandang panggilan itu.
Alasannya sederhana tetapi mendalam, yaitu tidak ingin berhenti pada hasil fisik semata. Bagi Jokowi, infrastruktur hanya salah satu masalah yang menimbulkan masalah lain, terutama kemiskinan.
Berbagai masalah yang dilihat dan solusi yang dimunculkan dengan kepemimpinan Jokowi, dengan geografis Indonesia yang luas serta kondisi sosial dan ekonomi masyarakatnya yang beragam, adalah hal yang membuat Darmawan Prasodjo Ph.D. menuliskan buku Jokowi Mewujudkan Mimpi Indonesia.
Terbit di awal Maret, kini buku tersebut sedang diluncurkan di beberapa titik. Salah satunya adalah acara yang diselenggarakan pada Sabtu (13/3/2021) di kantor Cemara Sembilanbelas Institute, Menteng, Jakarta Pusat.
Acara peluncuran buku ini diisi oleh penulis buku Jokowi Mewujudkan Mimpi Indonesia, yaitu Mas Darmo, panggilan akrab dari Darmawan Prasodjo, Ph.D. didampingi narasumber Dr. Hendrasmo, M.A., Direktur Eksekutif Cemara Sembilanbelas Institute, dan moderator oleh Nick Nurrachman. Acara disiarkan via daring untuk umum, dan via kedatangan fisik dengan aturan prokes yang dihadiri berbagai kalangan dari akademisi, jaringan aktivis, dan insan media.
“Kami mengharapkan setiap pemerintahan mewariskan legacy, yang bisa menjadi acuan bagi masyarakatnya. Mas Darmo secara unik menuliskan buku ini bukan semata-mata capaian Pak Jokowi selama pemerintahannya,” ungkap Hendrasmo membuka acara.
“Ada yang menarik dari buku ini, yaitu dari sisi penulis, isi, dan cara penyampaian. Dari sisi penulis, Darmo adalah Deputi I Kantor Staf Presiden selama periode pertama pemerintahan Presiden Joko Widodo. Sehingga, dia mengerti betul bagaimana program Jokowi digodok, dirancang, dan diimplementasi karena posisi Mas Darmo ada di dekat Presiden,” kata Hendrasmo.
“Begitu pula dengan isi buku yang mengulas tidak hanya capaian program, tapi sampai kaitannya dengan pikiran dan masa lalu Pak Jokowi. Sedangkan cara penyampaian dan isi buku, berbagai data dan capaian dirangkum dalam alur yang mengalir, sehingga enak dibaca,” papar Direktur Eksekutif Cemara Sembilanbelas Institute ini.
Darmawan pernah menjabat sebagai Deputi I Kantor Staf Presiden pada tahun 2014-2019.
Dia juga pernah terlibat sebagai bagian yang mengawal proses Jokowi sebagai presiden. Dengan kedekatan itulah dia menyaksikan bagaimana sebuah kebijakan dirumuskan, kemudian dieksekusi dengan sangat cepat di era Jokowi.
“Kata kuncinya adalah ‘memahami pembangunan berbasis karakter dan nilai-nilai kemanusiaan’,” ujar Darmawan Prasodjo, Ph.D., yang sekarang menjabat Wakil Direktur Utama PT PLN Persero.
Melihat model kebijakan pemerintah selama ini, Darmo melihat bahwa setiap hal yang dilakukan Presiden Joko Widodo ini selalu punya nafas Pancasila yang benar-benar terasa. “Pak Jokowi, ideologi Pancasila ini bukan hanya abstrak, tetapi working ideology yang bisa dioperasionalisasikan. Ada ‘rasa’-nya. Dalam buku ini dikupas karakter Pak Jokowi, kemudian dampaknya dalam teknokrasi,” jelas Darmo.
Banyak program Jokowi yang dirancang langsung bisa menjawab masalah yang dirasakan rakyat kecil, sehingga ketika diterapkan bisa mengubah kondisi dengan relatif cepat. Darmawan menjelaskan salah satunya pada program bantuan, di mana Jokowi menginginkan semua orang bisa mendapatkan haknya tanpa kesulitan prosedur dan masalah teknis lain.
“Supaya bantuan pemerintah bisa diterima tanpa kepanasan, kehujanan, dan antri, maka bantuan ditransfer langsung ke masyarakat. Idenya sederhana, tetapi solutif. Kemudian tentang anak-anak dari keluarga tidak mampu,” ungkapnya.
“Pak Jokowi paham betul, keluar dari kemiskinan harus diatasi lewat pendidikan. Tentang fasilitas pendidikan ini, Pak Jokowi kelihatan kerasnya. Beliau ingin memastikan setiap anak dari keluarga tidak mampu bisa mendapat tas, sepatu, buku, dan seragam, jelas Darmo. “Pak Presiden begitu detail dan amat menjiwai ketika memikirkan sebuah program. Karena masa lalu beliau dari keluarga biasa, paham betul cara untuk keluar dari lingkar kemiskinan,” ucapnya.