ERA.id - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan bahwa gempa di selatan Malang memiliki kemungkinan sangat kecil untuk dapat memicu aktifnya gunung api.
"Kecuali gunung api tersebut memang sedang aktif. Jika gunung api sedang tidak aktif maka gempa tektonik akan sulit mempengaruhi aktivitas vulkanisme," kata Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami, BMKG, Daryono di Jakarta, Sabtu, (10/4/2021), dikutip dari ANTARA.
.Di samping itu, lanjut dia, gempa itu juga tidak cukup kuat untuk mengganggu kolom air laut sehingga tidak berpotensi tsunami.
Ia mengatakan mekanisme sumber gempa ini berupa pergerakan sesar naik (thrust fault).
"Mekanisme sumber sesar naik ini sebenarnya sensitif terhadap potensi tsunami, namun patut disyukuri bahwa gempa ini berada di kedalaman menengah dan dengan magnitudo 6,1 sehingga tidak cukup kuat untuk mengganggu kolom air laut, sehingga gempa ini tidak berpotensi tsunami," ujarnya.
Ia menambahkan gempa selatan Malang ini juga bukan termasuk Gempa Megathrust, tetapi gempa menengah di Zona Beniof, karena deformasi atau patahan batuan yang terjadi berada pada slab lempeng Indo-Australia yang menunjam dan tersubduksi menukik ke bawah Lempeng Eurasia di bawah lepas pantai selatan Malang.
Ia menambahkan dampak gempa ini mencapai skala intensitas skala V-VI MMI (Sebagian besar dinding bangunan permanen roboh. Struktur bangunan mengalami kerusakan berat. Rel kereta api melengkung) sehingga gempa ini berpotensi merusak.
Ia juga menyampaikan, gempa ini memiliki spektrum guncangan yang luas yang dirasakan hingga daerah Banjarnegara di barat dan Bali di timur.
"Hasil monitoring BMKG hingga sore ini menunjukkan telah terjadi tiga kali gempa susulan (aftershock) dengan kekuatan kurang dari magnitudo 4,0 yang tidak berdampak dan tidak dirasakan," katanya.
Ia menambahkan zona gempa selatan Malang itu merupakan kawasan aktif gempa dan sering terjadi gempa dirasakan.
"Catatan sejarah gempa menunjukkan bahwa gempa selatan Malang magnitudo 6,1 ini berdekatan pusat gempa merusak Jawa Timur yang terjadi pada masa lalu, pada tahun 1896, 1937, 1962, 1963 dan 1972," paparnya.