ERA.id - Beberapa waktu lalu, cuitan dari akun Twitter Masjid Salam ITB, viral karena ia menulis bahwa keinginan manusia yang sudah menikah dan enggan punya anak (childfree) adalah menyalahi fitrah.
Hal itu pun langsung disambut banyak pandangan dari warganet. Ada yang berbagi pengalamannya selama menjalani gaya hidup childfree.
"Saya childfree. Dan dalam kondisi dunia yang sudah over population-I'm ok with my decision. Ketenangan pikiran tanpa beban men-develop anak manusia sampai dewasa itu menyenangkan," terang akun Twitter @lovely_osho.
Sementara ada pula yang menganggap kalau childfree adalah akal-akal orang Barat. Seperti yang ditulis oleh @kang_batag0r.
Sebenarnya bagaimana sih penjelasan lebih lengkap Masjid Salman ITB? Untuk diketahui, childfree adalah sebuah gaya hidup menolak melahirkan, mengadopsi, atau dengan kata lain memiliki anak bagi pasangan yang sudah menikah meski mereka memiliki kemampuan reproduksi yang sehat.
Dari sudut pandang Islam, pihak Masjid Salman menganggap tidak ada istilah childfree atau menolak berketurunan. Apalagi pada pasangan yang sudah menikah.
Psikolog sekaligus penggerak Pendidikan Aqil Baligh Adriano Rusfi menjelaskan, ada baiknya meninjau ulang alasan seseorang memilih menikah.
Alasan pertama, karena ketertarikan. Alasan kedua tentu, karena sudah aqil baligh. “Kenapa sih, harus Aqil baligh? Karena telah ada kesanggupan untuk reproduksi. Alhasil, salah satu tujuan utama dari pernikahan adalah punya anak,” tukas salah seorang narasumber ahli kegiatan Sekolah Pra Nikah (SPN) Salman ITB tersebut.
“Lalu untuk apa menikah kalau tak ada motif punya anak? Kalau menikah tak berurusan dengan punya anak, tidak usah menunggu aqil baligh.”
Ia juga menyebut, dalam Islam, tidak mendayagunakan fungsi tubuh adalah jahil. Sedangkan mendayagunakan fungsi tubuh secara berlebihan, adalah zalim.
Keduanya, dianggap dosa. Dengan kata lain, perempuan yang sengaja tak mendayagunakan rahim dan payudara atas nama hak atas tubuhnya, telah berdosa.
Gagasan Childfree juga dianggapnya bertentangan dengan konsep “Id” atau naluri. Id adalah seluruh insting dasar yang dimiliki manusia, baik life instinct (seks), maupun death instinct (agresi), yang ada dalam rangka mempertahankan kehidupan atau regenerasi.
Bolehkah muslim ikut tren childfree? 🤔#thread pic.twitter.com/Ks8ZkfauGc
— Masjid Salman ITB (@salmanitb) August 9, 2021
Sementara pandangan lain disampaikan Gusdurian. Lewat akun Twitter-nya, ia menulis kalau keputusan memiliki anak adalah salah satu cara untuk mewujudkan kemaslahatan bagi sebagian orang, tapi bisa jadi tidak memiliki anak juga adalah cara yang maslahah.
"Kita lihat lapisan kemaslahatan tadi. Misal, ada pasangan yang memilih tidak memiliki anak biologis karena melihat dunia sudah overpopulasi. Pasangan tersebut kemudian memilih untuk merawat anak-anak yang terlantar," tulisnya.
"Jika itu dianggap sebagai kemaslahatan bagi pasangan tersebut, why not? Namun jika bagi sebuah pasangan memiliki anak biologis adalah kemaslahatan bagi mereka, hal ini juga bagus. Yang penting itu adalah keputusan bersama."
Intinya, Gusdurian bilang tujuan punya anak atau tidak adalah cara untuk mencapai maslahah. Setiap pasangan punya kondisinya masing-masing.
"Wong mau nikah atau tidak aja woles kok. Banyak ulama terkemuka yang memilih tidak menikah. Contohnya? Mufassir Ibnu Taimiyah, At-Thabari, atau sang penemu aljabar Al-Khawarizmi."
"Kata Nabi: Islam itu mudah. Jangan dipersulit. Yang paling penting adalah menjadi insan yang maslahah untuk semua. Khairunnas anfa'uhum linnas. Sebaik-baiknya manusia adalah yg bermanfaat bagi lainnya."
Apakah Islam memperbolehkan childfree dalam pernikahan? Lalu untuk apa menikah kalau tak ada motif punya anak?
Begini…
A thread pic.twitter.com/CzRCuG8MGZ
— Jaringan GUSDURian (@GUSDURians) August 10, 2021