ERA.id - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengumumkan lima pasien terpapar varian SARS-CoV-2 B.1.1.529 atau varian Omicron di Indonesia meninggal dunia.
Temuan kasus kematian dari varian Omicron terjadi pada mereka yang belum menerima vaksin Covid-19.
"Kita sudah ada lima [orang] meninggal positif Omicron, itu 60 persen belum divaksin," kata Budi dalam konferensi pers, Senin (31/1/2022).
Budi juga menambahkan, berdasarkan temuan terkini varian Omicron lebih banyak menyerang anak-anak ketimbang varian-varian Covid-19 sebelumnya. Ia menyebut, setidaknya 63 persen dari kasus Omicron gejala sedang hingga berat juga belum memperoleh vaksin lengkap.
"Kebanyakan dari mereka lansia, dan kita identifikasi cukup mengejutkan jumlahnya yang anak-anak," imbuhnya.
Menkes juga menyampaikan puncak kasus COVID-19 varian Omicron bisa lebih banyak 3-6 kali lipat dari varian Delta.
"Penularan tinggi sekali dan Indonesia pasti akan mengalami ini. Jadi kalau puncaknya kita dulu pernah 57.000 per hari kita mesti siap-siap dan hati-hati dan waspada, tidak perlu kaget. Di negara-negara lain bisa tiga sampai enam kali dibandingkan puncaknya Delta," ujar Menkes Budi dalam konferensi pers secara daring diikuti di Jakarta, Senin.
Ia mengemukakan kasus di Amerika Serikat sempat mencapai 800.000 per hari akibat Omicron dibandingkan dengan Delta yang mencapai 250.000 per hari. Di Prancis mencapai 360.000 per hari, lebih banyak dibandingkan dengan Delta yang 60.000 hari.
"Negara yang mirip dengan kita, Brasil sekarang juga masih naik di kisaran 190.000 kasus per hari dibandingkan dengan puncaknya Delta 80.000 per hari, India sekarang 310.000 per hari dibandingkan Delta 380.000 per hari, Jepang 65.000 per hari sedangkan Delta 25.000 kasus per hari," papar dia.
Menkes Budi memperkirakan puncak kasus COVID-19 akibat varian Omicron terjadi di akhir Februari 2022.