ERA.id - Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengungkap isi obrolan antara Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang baru-baru ini bertemu.
"Pertemuan sebenarnya dilakukan secara tertutup, dibahas tentang pembangunan beberapa monumen yang berkaitan dengan Bung Karno," ujar Hasto di Kawasan Senen, Jakarta Pusat, Sabtu (9/9/2023) seperti dilansir dari Antara.
Hasto mengapresiasi Ridwan Kamil yang akrab disapa Kang Emil atas kontribusinya menggelorakan kembali perjuangan Bung Karno di Kota Bandung dengan membangun beberapa monumen seperti di Sukamiskin atau area pelaksanaan Konferensi Asia-Afrika.
"Kami memberikan apresiasi tentu saja atas suatu program untuk membangun kesadaran terhadap Jas Merah atas perjuangan Bung Karno sebagai Proklamator dan Bapak Bangsa Indonesia," jelas Hasto.
Politisi asal Yogyakarta itu juga menjawab pertanyaan awak media apakah Kang Emil masuk dalam bursa calon yang akan mendampingi Ganjar Pranowo.
Menurut Hasto, keputusan itu merupakan kewenangan ketua umum partai politik pendukung Ganjar, yaitu PDIP, PPP, Hanura, dan Perindo.
Di sisi lain, lanjutnya, Megawati juga akan berdiskusi dengan Presiden Joko Widodo untuk membahas siapa bakal calon wakil presiden (bacawapres) yang akan mendampingi Ganjar Pranowo.
Hasto menceritakan awalnya pihaknya memiliki tujuh nama, yang kini mengerucut menjadi lima, yaitu: Sandiaga Uno, Mahfud MD, Ridwan Kamil, Erick Thohir, dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
“Nah, nama-nama yang dipersepsikan positif oleh rakyat tentu saja PDI Perjuangan melakukan pro aktif melakukan kajian secara mendalam terhadap nama-nama tersebut,” imbuhnya.
Hasto mengaku selama menyaksikan pertemuan Megawati dengan Kang Emil tak mendengar ada pembahasan soal bacawapres. Namun, ia menambahkan tidak selalu berada dalam forum ketika pertemuan itu berlangsung.
“Secara garis besar itu membahas tentang bagaimana benang merah perjuangan dari Bung Karno. Tidak hanya di Indonesia tetapi juga di dunia internasional. Karena Pak RK juga menjadi bagian dari arsitek yang ikut bersama-sama menginisiasi pembangunan monumen Bung Karno di Aljazair bersama dengan Dolorosa Sinaga,” pungkas Hasto.