Sepeda Perang Tahun 1941 Tak Kalah Keren Dibanding Sepeda Lipat Kekinian

| 10 Aug 2020 06:00
Sepeda Perang Tahun 1941 Tak Kalah Keren Dibanding Sepeda Lipat Kekinian
Bupati Karanganyar, Juliyatmono saat menjajal sepeda zaman peperangan (Foto via laman resmi Pemprov Jateng)

ERA.id - Apa merek sepeda yang ada di rumahmu? Apakah sekeren sepeda milik Komunitas Sepeda Tua Indonesia Soloraya (Kosti)?

Sepeda lipat kekinian sudah bukan lagi sesuatu yang aneh kala kita lihat melintas di jalanan. Sudah sering dilihat masyarakat belakangan ini, di saat olahraga bersepeda tengah naik daun. Namun yang menarik, pernahkah kamu melihat sepeda perang keluaran tahun 1941?

Ada sepeda onthel perang BSA milik Komunitas Sepeda Tua Indonesia Soloraya (Kosti) hadir di Wisata dan Bursa Kendaraan Djadoel, yang digelar di Pujasera, Karanganyar Kota, Minggu (9/8/2020).

Bupati Karanganyar, Juliyatmono, yang membuka acara itu pun tak bisa menyembunyikan rasa kagum kala melihat sepeda perang ini. 

Sepeda perang yang bisa dilipat itu bentuknya mirip sepeda lipat kekinian. Namun, bahannya yang berbeda. Dan ternyata sepeda perang itu dipergunakan angkatan udara Inggris pada saat invasi ke Malaysia.

Sepeda tua tersebut diperoleh salah satu anggota Kosti, dari perburuannya di Yogjakarta. Dari informasi yang didapat Juliyatmono, di Indonesia hanya ada lima, satu di antaranya di Karanganyar. Orang nomor satu di Karanganyar itu pun berkesempatan menjajal sepeda perang tahun 1941 tersebut.

Menurut bupati, Bursa Kendaraan Djadoel diselenggarakan untuk menarik wisatawan agar berkunjung ke Kabupaten Karanganyar. Sejumlah kendaraan tempo dulu dan motor unik keluaran 1970-an dipamerkan.

“Ini tempat wisata baru di Karanganyar. Selain melihat kendaraan tua, juga bisa membeli sepeda-sepeda tua. Saya ingin Karanganyar menjadi trademark mobil atau kendaraan tua, termasuk sparepart-nya,” ujarnya seperti dilansir dari laman resmi milik Pemprov Jawa Tengah.

Bupati menambahkan ide kreatif memang bisa muncul dari keadaan yang terpepet. Buktinya, di tengah pendemi Covid-19 yang berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat, Ekraf bersama Dinas Pariwisata bisa memunculkan ide pameran dan bursa kendaraan djadoel.

“Hanya, kegiatan ini perlu konsistensi dan berkelanjutan. Jangan hanya satu dua hari sepi kemudian ditutup. Justru hal ini harus terus digelorakan supaya Karanganyar juga menjadi trademark barang-barag tempo dulu,” imbuhnya.

Ke depan, Juliyatmono berharap sejumlah barang kuno ikut dipamerkan. Bisa lemari tua, dipan tua, atau alat-alat rumah tangga, yang dapat pula diperjualbelikan ditempat itu. Menurut bupati, pemasaran bisa dilakukan dengan sistem bursa atau lelang, yakni melalui online, sehingga Karanganyar terus maju dan kreatif.

Tags : sepeda
Rekomendasi