ERA.id - Tokoh peletak dasar Republik Turki, Mustafa Kemal Ataturk (1881-10 November 1938) adalah figur yang mengerahkan reformasi besar-besaran di Turki dan mengubah negeri itu menjadi bangsa sekuler dan industrial. Namun, meski dikagumi, tak sedikit pula rumor serta kontroversi yang dialamatkan kepadanya.
Salah satu rumor yang pernah beredar adalah bahwa mantan jenderal ('Pasha' dalam bahasa Turki) tersebut meninggal dunia dengan mengenaskan dan proses pemakamannya diliputi kehinaan.
Rumor tersebut contohnya pernah beredar di media sosial Facebook dan disebarkan akun Fai Fajar pada 12 Mei 2019.
Di postingan tersebut, yang sudah dihapus oleh pemiliknya namun masih bisa ditemukan jejaknya di sejumlah situs, tercantum sebuah gambar pria yang disebut-sebut sebagai Mustafa Kemal Ataturk. Selain itu, terdapat narasi cukup panjang tentang pola kepemimpinan Ataturk yang sekuler.
"Hinanya Kematian Mustafa Kemal Attatürk yang Dikenal sebagai ‘Bapak Modernisasi Turki’ dari perspektif Barat," demikian tulisan itu dimulai.
"Pada 9 November 1938, dia pingsan sekali lagi selama 36 jam dan akhirnya meninggal dunia. Ketika itu tidak ada yang mau mengurus jenazahnya sesuai syariat. Mayatnya diawetkan selama 9 hari 9 malam, sehingga adik perempuannya datang meminta ulama-ulama Turki untuk memandikan, mengkafankan dan menshalatkannya."
"Dia sebenarnya adalah tokoh yang meng’sekuler’kan dan ‘membunuh’ syiar Islam di Turki. Siapa lagi jika bukan Mustafa Kemal Attatürk yang diberi gelar Al-Ghazi (orang yang memerangi). 'Attatürk' berarti 'Bapak Orang Turki'."
Banyak klaim yang perlu dikonfirmasi secara serius, seperti rumor bahwa Ataturk adalah seorang Yahudi dan kenapa ia memihak sekularisme ketika Kerajaan Ottoman runtuh di tahun 1922.
Namun, salah satu rumor paling bombastis adalah terkait momen pemakamannya menyusul wafatnya Ataturk pada 10 November 1938.
"Tidak cukup sampai disitu, Allah tunjukkan lagi azab ketika mayatnya akan dimakamkan. Sewaktu mayatnya hendak ditanam, tanah tidak menerimanya (tak dapat dibayangkan bagaimana jika tanah tidak menerimanya). Karena tidak diterima tanah, mayatnya diawetkan sekali lagi dan dimasukkan ke dalam musium yang diberi nama EtnaGrafi selama 15 tahun hingga tahun 1953."
"Setelah 15 tahun mayatnya hendak dikuburkan kembali, tapi Allah Maha Agung, bumi sekali lagi tak menerimanya. Sampai akhirnya mayat Attaturk dibawa ke satu bukit dan disimpan dalam celah-celah marmer seberat 44 ton."
Fakta Pemakaman Mustafa Kemal Ataturk
Seperti dicatat oleh banyak sumber, Ataturk meninggal di Istana Dolmabahce di kota Istanbul pada 10 November 1938 pukul 09.05 pagi. Ia saat itu berusia 57 tahun dan diduga meninggal karena mengalami pengerasan liver.
Tak sesuai rumor di atas, jenazah Ataturk dirawat oleh Prof Mehmet Kamil Berk, salah seorang penandatangan sertifikat kematian Ataturk, dengan tatacara Islam. Tubuh Ataturk memang dibalsem karena proses pemakaman kemungkinan akan tertunda selama beberapa hari.
Pembalseman dilakukan oleh Prof Lutfi Aksu dari Gulhane Military Medical Academy (GMMA) di Ankara, seperti ditulis koran Hurriyet pada tahun 1998. Jenazahnya disemayamkan sementara saudarinya Makbule Atadan, para pejabat tinggi Turki dan orang berpengaruh lainnya memberi penghormatan terakhir selama 3 hari penuh.
Sebagai bentuk penghormatan terhadap 'Bapak Pendiri Turki', jenazah Ataturk sedianya hendak dimakamkan di puncak bukit tertinggi di kota Ankara, Rasattepe. Makamnya ini nantinya akan menjadi musoleum besar, dan oleh karenanya dibutuhkan waktu pembangunan selama 15 tahun.
Selama menunggu jadinya musoleum itu, jenazah Ataturk ditempatkan sementara di Museum Ethnography Ankara, di dalam sebuah sarkofagus marmer putih yang juga dibungkus dengan bendera Turki.
Dengan begitu bisa diketahui bahwa peletakan jenazah Ataturk dalam Museum Etnografi, dalam tatacara pembalseman, bukan karena "tanah tidak menerima" mayatnya, tapi karena ia sedang dicarikan tempat yang luhur oleh masyarakat Turki saat itu.
Pada tahun 1953, dengan rampungnya pembangunan musoleum Anitkabir, sarkofagus dibuka dan petinya dibawa keluar disaksikan sang adik, Presiden Celal Bayar, Ketua Parlemen Refik Koraltan, Perdana Menteri Adnan Menderes dan sejumlah pejabat tinggi Turki.
Setelah para ahli memastikan kondisi jenazah Ataturk, prosesi pemindahan peti dijalankan menuju ke tempat peristirahatan terakhirnya di Anitkabir. Majalah TIME saat itu memaparkan 138 prajurit muda berbaris mengawal iring-iringan sepanjang 3 kilometer. Sementara itu, 21 juta warga Turki berdiri mengheningkan cipta selama lima menit di seluruh penjuru negeri.
Selain pejabat publik dan pemimpin di negeri Turki saat itu juga hadir wakil pimpinan sejumlah agama di Turki, seperti Patriark Armenia, Patriark Yunani Ortodoks, Uskup Katolik Roma, Kepala Rabi Yahudi dan juga Presiden Urusan Agama Muslim di Turki.