ERA.id - Sebuah studi terbitan Nature Communications mengungkapkan kelebihan manusia dalam menyetir mobil daripada teknologi otomatis. Menurut studi itu, lebih kecil kemungkinan manusia mengalami kecelakaan saat berbelok atau dalam kondisi cahaya redup.
Dilaporkan Motor1 pada Senin (24/6/2024), studi tersebut menganalisis lebih dari 37.000 tabrakan kendaraan dan menemukan bahwa kendaraan yang menggunakan sistem otomatis mengalami kecelakaan lima kali lebih banyak saat matahari terbit atau terbenam.
Bahkan di tikungan, rasionya dua kali lebih besar dibandingkan kendaraan yang dikemudikan manusia.
Sekitar 35.000 kecelakaan yang melibatkan pengemudi manusia dan 2.100 kecelakaan dengan sistem otomatis aktif menjadi dasar data.
Berkenaan dengan situasi cahaya redup, penelitian ini menyoroti keterbatasan kamera dan sensor serta ketidakmampuan beradaptasi dengan kondisi. Misalnya, bayangan di pagi hari atau di penghujung hari dapat disalahartikan sebagai objek.
Cahaya yang berfluktuasi juga dapat menjadi masalah, mendatangkan malapetaka pada algoritma dan menyebabkan kebingungan dalam sistem. Sebaliknya, objek dalam bayangan mungkin tidak terdeteksi sama sekali.
Hal ini didukung oleh uji tabrak yang secara konsisten menunjukkan kendaraan terlambat mengerem atau gagal berhenti sama sekali untuk simulasi pejalan kaki atau hewan.
Kesadaran situasional disebut-sebut sebagai titik masalah yang mungkin terjadi pada sistem otomatis saat ini. Sensor dan kamera mungkin tidak mendeteksi semua hambatan di lokasi dinamis seperti persimpangan, tetapi lebih dari itu.
Studi tersebut menyebut sistem yang ada saat ini umumnya “melihat” area yang relatif dekat dengan kendaraan. Jika manusia melihat kabut tebal dalam jarak setengah mil dan mengambil tindakan pencegahan, mobil yang dikendalikan secara otonom mungkin akan terus melaju.
Ada bukti yang mendukung hal ini lewat penelitian tindakan yang diambil sebelum tabrakan, sebagian besar kendaraan di bawah kendali otonom melaju lurus dan dengan kecepatan konstan sebelum manuver darurat dilaksanakan.
Sementara mobil yang dikendarai manusia menunjukkan lebih banyak kasus melambat dan berpindah jalur sebelum terjadi tabrakan.
Studi ini memperhitungkan sejumlah besar variabel untuk sampai pada kesimpulan ini, tetapi kesimpulannya jelas bahwa sistem bantuan pengemudi yang ada sekarang hanyalah bantuan.
Otomatisasi bekerja dengan baik pada jalur lurus, tetapi lebih banyak data harus dikumpulkan dan dipelajari sebelum pengemudian Level 4 yang tanpa perlu memegang kemudi dan fokus menyetir dapat menjadi kenyataan.