ERA.id - Mesti berhati-hati bertransaksi menggunakan kode QRIS menyusul tingginya transaksi pembayaran dengan metode tersebut.
Kepala Divisi Perizinan dan Implementasi Kebijakan Sistem Pembayaran BI DKI Hery Afrianto mengimbau banyak kasus viral QRIS donasi di rumah ibadah yang diganti dengan QRIS pihak yang tidak bertanggung jawab.
"Itu hal-hal yang harus kita hati-hati. Jadi, ketika akan melakukan transaksi dengan QRIS, pastikan antara penyedia, baik itu toko, rumah ibadah dan lain sebagainya itu sesuai (namanya) dengan yang terpampang di situ," kata kata Hery dalam diskusi bertajuk "Literasi Produk/Jasa Sistem Pembayaran dan Keuangan Digital yang Inklusif dan Terlindungi" di Jakarta, dikutip Senin (22/7/2024).
Hery menjelaskan, pihaknya terus mendorong transaksi QRIS dalam sistem pembayaran, karena metode ini memberikan manfaat, baik bagi pengguna, pedagang, hingga pemerintah.
Bagi pengguna atau konsumen, penggunaan QRIS sangat praktis, cepat, efisien, aman, tercatat dan akan membantu UMKM mengakselerasi ekonomi keuangan digital.
Begitu pula bagi pedagang, QRIS bisa meningkatkan "branding", higienis, bebas risiko, hemat biaya pengelolaan dan, bisa membangun profil kredit karena transaksi yang tercatat.
Sementara bagi pemerintah, penggunaan QRIS mendukung efisiensi penerimaan pajak dan retribusi, mendukung pemulihan ekonomi, terdatanya pelaku usaha dan sektor informal, serta mendorong implementasi elektronifikasi pemda.
"Tahun ini, kami menargetkan volume transaksi QRIS sebanyak satu miliar transaksi. Sampai sekarang sudah mencapai sekitar 600 juta lebih transaksi. Perkembangannya memang pesat sekali, makanya penggunaan yang masif ini juga mulai ada penyalahgunaan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab," kata Hery.
Dalam catatan BI, penggunaan QRIS di Jakarta yang tinggi telah berkontribusi hampir 35 persen pangsa nasional.
Adapun sebaran volume transaksi QRIS di Jakarta cukup merata, namun paling banyak berada di Jakarta Selatan sebesar 38 persen, diikuti Jakarta Barat sebesar 22 persen, Jakarta Pusat 18 persen, Jakarta Utara 11 persen, Jakarta Timur 10 persen dan Kepulauan Seribu yang masih 0,01 persen.
Pada April 2024, jumlah pengguna QRIS di Jakarta telah mencapai 5,78 juta pengguna. Adapun target pengguna baru QRIS di Jakarta pada tahun ini yaitu 274.778 pengguna.