Inovasi Mahasiswa UGM, Menyulap Tulang Hewan sebagai Filtrasi Air Siap Pakai

| 06 Sep 2024 10:20
Inovasi Mahasiswa UGM, Menyulap Tulang Hewan sebagai Filtrasi Air Siap Pakai
Pemanfaatan tulang hewan sebagai filtrasi air (dok. Antara)

ERA.id - Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan inovasi terkait pemanfaatan limbah gigi dan tulang yang berasal dari hewan sebagai sarana filtrasi air limbah menjadi air jernih yang siap pakai untuk sistem irigasi sawah.

Sejumlah mahasiswa UGM yang berasal dari berbagai disiplin ilmu itu tergabung dalam Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Video Gagasan Konstruktif (VGK) yang terdiri atas Aulia Pradnya Maharani, Orchidthania Putri, Gugun Hutagalung, Danial Bagus Setiawan, dan Anna Hamidah.

"Kami melihat limbah gigi dan tulang yang ada di Indonesia masih belum banyak digunakan. Sebagian besar masyarakat membuang limbah tersebut," kata Ketua Tim Mahasiswa UGM Aulia Pradnya Maharani dalam keterangannya seperti dikutip Antara.

"Dalam limbah (gigi dan tulang) tersebut terdapat kandungan hidroksiapatit yang dapat digunakan menjernihkan air," kata dia.

Menurut Aulia, ide inovasi yang diusung berasal dari permasalahan yang muncul di daerah Kabupaten Sleman, DIY.

Pada kawasan tersebut, terdapat kawasan permukiman yang padat penduduk dan terdapat sawah yang berada di dekat kawasan.

Menurut dia, pemanfaatan limbah gigi dan tulang yang masih minim dapat diintegrasikan untuk dijadikan sebagai filtrat untuk mengolah air limbah tinja yang berasal dari kawasan penduduk sekitar.

Danial, anggota Tim PKM lainnya mengatakan bahwa ide yang bernama "Hydrosan" itu dapat memberikan dampak jangka panjang yang lebih baik pada sistem sanitasi air.

"Tentunya kami berharap inovasi yang diusung dapat menciptakan ketahanan pangan yang ada di Indonesia di tengah ketidakpastian iklim dan memberikan manfaat kepada para petani," kata dia.

Riset yang dilakukan dimulai dari mengidentifikasi masalah dan menelusuri terkait campuran filtrat yang digunakan untuk proses filtrasi air. Awalnya, limbah akan ditampung dalam satu tempat untuk selanjutnya diproses di tempat penjernihan air.

Selama proses pengolahan, air akan mengalami berbagai proses, mulai dari pembersihan, penjernihan, hingga penyaringan.

Setelah itu, air akan disalurkan ke reservoir terlebih dahulu sebelum menuju saluran irigasi sawah.

"Integrasi antara reservoir dengan sistem irigasi sawah dilakukan menggunakan sensor ultrasonik untuk mendeteksi ketinggian air," ujarnya.

Anggota tim Orchidthania Putri menambahkan bahwa sistem yang dirancang sebenarnya sudah diterapkan di berbagai instalasi pengolahan air bersih, tetapi penggunaan hidroksiapatit sebagai filtrat merupakan salah satu bagian istimewa dalam rancangan sistem ini.

Menurut dia, kegiatan itu diharapkan dapat dimanfaatkan guna mengurangi limbah gigi dan tulang yang dihasilkan oleh masyarakat sekaligus meningkatkan kualitas air dan sekaligus meningkatkan kualitas hasil tani yang dihasilkan oleh sektor pertanian.

Rekomendasi