ERA.id - Tragedi Kanjuruhan menjadi salah satu tragedi sepak bola paling mematikan sepanjang masa, dengan jumlah korban jiwa mencapai 133 orang hingga Rabu (19/10).
Pasca tragedi tersebut, Ketua Umum PSSI Mochammad Iriawan yang akrab disapa Iwan Bule segera membentuk tim investigasi dari PSSI.
"Kami berduka cita dan meminta maaf kepada keluarga korban serta semua pihak atas insiden tersebut. Untuk itu PSSI langsung membentuk tim investigasi dan berangkat ke Malang," kata Iwan Bule dalam keterangannya di situs resmi PSSI pada Minggu (2/10).
Satu hari setelah Iwan Bule membentuk tim investigasinya sendiri, Presiden Joko Widodo membentuk Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) pada Senin (3/10).
TGIPF menyerahkan laporan akhir kepada Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, pada Jumat (14/10). TGIPF juga menuliskan rekomendasi untuk pihak-pihak terkait Tragedi Kanjuruhan, di antaranya PSSI.
Dalam rekomendasinya, TGIPF menulis:
"Sudah sepatutnya Ketua Umum PSSI dan seluruh jajaran Komite Eksekutif mengundurkan diri sebagai bentuk pertanggungjawaban moral."
Ketua TGIPF Mahfud MD lalu menambahkan komentar di akun Twitternya pada Sabtu (15/10), bahwa pengunduran diri tersebut memang bukan tanggung jawab hukum, tetapi tanggung jawab moral PSSI.
Desakan agar Ketua Umum dan pengurus PSSI mengundurkan diri juga datang dari publik. Hal ini terpantau dalam petisi online berjudul 'Tragedi Kanjuruhan, Desak Ketua Umum dan Pengurus PSSI Mengundurkan Diri" di Change.org yang ditandatangani oleh 30.558 akun hingga Rabu (19/10).
Namun, hingga hari ini (19/10), tidak ada tanda-tanda Ketua Umum dan Pengurus PSSI ingin menyelesaikan tanggung jawab moral mereka kepada para korban Tragedi Kanjuruhan. Hal ini bisa kita cermati lewat berbagai pernyataan dan sikap PSSI pasca malam tragis itu terjadi.
Pengurus PSSI yang enggan pergi
Iwan Bule langsung terbang ke Malang sehari pasca Tragedi Kanjuruhan (2/10) dan menyampaikan keterangan pers di depan pintu utama Stadion Kanjuruhan bersama Kapolri Listyo Sigit Prabowo dan Menteri Olahraga Zainuddin Amali.
Dalam sambutannya, Iwan Bule dianggap kurang pantas dan tidak sensitif terhadap para korban saat mengucapkan, "Hadirin sekalian yang berbahagia."
Ketika masih di Malang, Iwan Bule secara tidak langsung juga menolak untuk mundur dari jabatannya. Hal ini ia sampaikan dalam pernyataannya pada hari Selasa (5/10).
"Saya kalau mau lepas tanggung jawab di Jakarta saja. Ini saya namanya mengunjungi, menunggui anggota gitu ya," ucap Iwan Bule. "Salam buat netizen ya," tambahnya menyudahi sesi wawancara sambil tertawa.
Sikap ini kembali ditegaskan oleh Ketua Tim Investigasi PSSI untuk Tragedi Kanjuruhan Ahmad Riyadh.
"Bentuk tanggung jawab tidak harus mundur untuk ketua umum, dengan membuktikan mengubah PSSI menjadi lebih baik," ujar Ahmad di Kantor Kementerian Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenko Polhukam), Jakarta Pusat, Selasa (11/10).
Satu hari setelah pernyataan Ahmad, di tengah desakan agar Ketua Umum PSSI mundur, pelatih Timnas Indonesia Shin Tae Yong ikut mendukung Iwan Bule agar terus memimpin PSSI.
"Menurut saya, jika Ketua Umum PSSI harus bertanggung jawab atas semua yang terjadi dan mengundurkan diri, maka saya pun harus mengundurkan diri," tulis Shin Tae Yong di akun instagram-nya pada Rabu (12/10).
Narasi tersebut terus diulang oleh PSSI seperti bisa dibaca dari salah satu komentar utusan PSSI, Hamdan Hamedan. Ia memposting foto bersama Iwan Bule dan Shin Tae Yong di akun instagram-nya pada Kamis (13/10). Di akhir caption, Hamdan menulis, "Mereka mungkin tidak selalu sepakat dalam segala hal (dan itu wajar), tapi mereka sepaket."
Fun football di tengah duka yang belum tuntas
Iwan Bule sejatinya mendapat panggilan pemeriksaan polisi terkait Tragedi Kanjuruhan di Mapolda Jatim pada Selasa (18/10). Namun, panggilan ini terpaksa diundur.
"Yang bersangkutan (PSSI) minta agar pemeriksaan ditunda setelah tanggal 20 Oktober," ujar Kabid Humas Polda Jatim Kombes Dirmanto pada Selasa (18/10). "Ada kegiatan lainnya yang sudah dijadwalkan lama," lanjutnya.
Kegiatan yang dimaksud adalah kedatangan Presiden FIFA Gianni Infantino dalam rangka membahas perbaikan sepak bola Indonesia. Gianni tiba di Kantor PSSI pada Selasa (18/10) setelah lebih dulu menemui Presiden Joko Widodo di Istana Negara.
Pertemuan antara delegasi FIFA dan PSSI kemudian dilanjutkan dengan pertandingan fun football di Stadion Madya Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa malam (18/10).
Menurut Sekretaris Jenderal PSSI Yunus Nusi, pertandingan itu atas permintaan Gianni. "Presiden FIFA beserta rombongan mengajak PSSI untuk bermain sepak bola. Ini bagian dari keinginan beliau," kata Yunus Nusi pada Selasa (18/10).
Anggota TGIPF Akmal Marhali menyampaikan kekecewaannya atas sikap PSSI. "Entah siapa yg menginisiasi tetiba memilih bersenang-senang dgn fun football di saat tanah kubur masih basah. Dimana nuraninya?" tulis Akmal di twitter-nya pada Rabu (19/10).
Di hari yang sama ketika fun football itu berlangsung, anggota Komite Eksekutif PSSI Vivin Cahyani memberi tanggapan atas rekomendasi TGIPF untuk PSSI. "Jadi kalau dari kami tetap nunggu hasil evaluasi dari task force yang akan dibentuk," ucap Vivin. "Mohon doanya apa yang direkomendasikan itu akan jadi PSSI untuk revolusi total," lanjutnya.