Nama Anies dilontarkan PKS sebagai capres potensial yang bisa jadi penantang sepadan Joko Widodo. Buat PKS, dibanding cuma jadi cawapres Prabowo, kenapa tidak sekalian saja Anies yang didorong jadi capres.
Tapi mungkin PKS lupa, atau pura-pura lupa dengan keberadaan sembilan nama. Partai ini pernah serius menggodok nama Ahmad Heryawan, Hidayat Nur Wahid, Anis Matta, Irwan Prayitno, Mohamad Sohibul Iman, Salim Segaf Al'Jufrie, Tifatul Sembiring, Mardani Ali Sera, dan Almuzzammil Yusuf untuk bisa 'dijual' dalam pilpres. Nama-nama itu digodok serius Majelis Syuro PKS.
"Sudah jelas sembilan nama itu, kami meyakini Gerindra dan Pak Prabowo sudah mulai scanning sembilan nama itu," ujar Wakil Ketua Bidang Humas DPP PKS Dedi Supriadi, (26/3) silam.
Empat bulan berselang, PKS menawarkan Anies kepada Gerindra. Bagi PKS, pengorbanan umat dan rakyat jakarta terlalu besar jika Anies hanya diusung menjadi cawapres. Anies sendiri memilih emoh membicarakan peluang pencapresan dirinya. Dia cuma mau fokus dulu mengurusi Jakarta.
Sikap PKS ini mendapat reaksi keras dari Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah. PKS dulu bersuara keras saat Jokowi maju di Pilpres dan meninggalkan jabatan Gubernur DKI. Namun kritikan itu kini bisa berbalik kepada PKS dengan sikapnya ini.
"Saya merasa rakyat Jakarta janganlah dipermainkan seperti ini. Pilkada DKI yang lalu berdarah-darah," tulis Fahri dalam akun Twitternya, Selasa (10/7/2019).
Fahri juga mempertanyakan nasib sembilan nama itu. Anies bukanlah nama yang masuk dalam formasi sembilan. Tapi yang terjadi, elite PKS malah sibuk 'menjual' nama di luar sembilan orang itu. Alhasil, kata Fahri, kader PKS jadi kebingungan.
"Kader bingung kenapa justru yang sudah mendapat mandat suara kader dalam pemira dan MS dilarang bergerak sementara yg Gak jelas malah bebas," tulisnya lagi.