Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan Polri sudah mencoba mengonfirmasi kabar kematian Bahrun Naim, termasuk berkoordinasi dengan pihak berwenang di Amerika Serikat dan Rusia. Namun, hingga saat ini belum diperoleh kepastian kematian Bahrun Naim.
"Tapi sampai hari ini sudah dicek oleh Hub Inter dan Densus ke counter part ini, mereka belum mengonfirmasi," ujar Tito, usai memimpin upacara HUT ke-67 Polairud, di Pondok Cabe, Selasa (5/12/2017).
Selain menggali informasi ke negara-negara lain, kata Tito, kepolisian juga coba mencari informasi ke jaringan Bahrun Naim di Indonesia. Tito menambahkan, polisi tidak akan mudah percaya dengan informasi kematian Bahrun Naim yang tersebar di media sosial.
"Kami belum bisa memastikan. Kecuali bisa mendapatkan orang tertentu yang tahu dengan mata kepala sendiri di jaringan itu. Bisa ini betul-betul dia meninggal. Bisa juga ini trik dia supaya enggak dikejar," ujar Tito.
Bahrun Naim diduga menjadi dalang serangan bom di Jalan MH Thamrin, Jakarta, 14 Januari 2016. Dia juga disebut berpengaruh dalam pergerakan ISIS.
Nama Bahrun Naim mencuat pada 2010 saat kedapatan menyimpan ratusan amunisi senjata api di rumahnya. Saat diringkus polisi, dari dalam rumah Bahrun Naim ditemukan AK-47.
Bahrun Naim mengaku amunisi dan senjata di rumahnya adalah barang titipan temannya, Purnama Putra alias Ipung alias Uus.
Bahrun Naim kemudian divonis penjara dua tahun enam bulan karena terbukti melanggar pasal 1 ayat (1) UU Darurat No 12/1951 tentang kepemilikan amunisi, senjata api, dan bahan peledak.