ERA.id - Kelompok perlawanan Palestina, Hamas, memberi sinyal damai dengan Israel untuk mengakhiri perang. Sinyal ini diawali dengan pembebasan sandera yang tersisa.
Seorang kepala pimpinan Hamas, Basem Naim, mengatakan bahwa ia siap bekerja sama demi perdamaian. Naim menuturkan bahwa pihaknya sudah berbicara dengan para mediator, termasuk Amerika Serikat soal pembebasan sandera.
"Kami telah mengatakan kepada semua mediator dan Amerika, kami siap menyerahkan semua tahanan segera, jika kami dapat yakin bahwa ini akan mengakhiri perang ini," kata Naim kepada Sky News, Jumat (16/5/2025).
Pada kesempatan itu, Naim juga percaya Presiden Amerika Serikat Donald Trump bisa memberikan cukup tekanan kepada Israel untuk segera mengakhiri perang. Ia pun terbuka untuk bekerja sama dengan AS demi mewujudkan perdamaian.
"Kami siap bekerja sama dengannya untuk mencapai tujuan kawasan yang lebih damai," ujarnya.
Selan itu, ia menekankan bahwa Gaza dan rakyat Gaza berhak, seperti semua orang di seluruh dunia, untuk hidup dalam damai dan martabat. Di sisi lain, Naim mengatakan bahwa ia telah menyampaikan melalui para mediator dan secara langsung melalui beberapa orang di pemerintahan AS, bahwa mereka menyerukan penarikan total pasukan Israel, memperbolehkan bantuan masuk ke Gaza, dan membangun kembali wilayah tersebut tanpa imigrasi paksa.
Hamas, kata Naim, telah menerima proposal perdamaian dari Mesir, tentang pembentukan badan Palestina yang independen, dan tidak berafiliasi secara politik untuk menjalankan Jalur Gaza.
"Sebelum itu, selama kami masih menjadi rakyat yang diduduki, kami memiliki hak sepenuhnya untuk terus membela rakyat kami dan melawan pendudukan dengan segala cara, termasuk melalui perlawanan," tegasnya.
Tentara Israel telah melakukan serangan brutal terhadap Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023, menewaskan lebih dari 53.000 warga Palestina sejauh ini, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.
Mahkamah Pidana Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan pada November lalu terhadap Kepala Otoritas Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Kepala Pertahanannya Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional atas perang yang dilancarkannya di wilayah kantong tersebut.