Radikalis vs Nasionalis di Pilpres 2019

| 13 Dec 2017 18:19
Radikalis vs Nasionalis di Pilpres 2019
Ilustrasi (pixabay.com)
Jakarta, era.id - Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) memastikan akan terjadi  benturan antara kubu nasionalis dan radikalis menuju pemilihan presiden (pilpres) 2019. Kubu-kubu ini muncul sebagai bentuk dukungan bagi para calon presiden.

Menurut mantan Kepala Badan Intelijen Strategis, Laksda (Purn) TNI Soleman Ponto, radikalisme adalah alat untuk mendapatkan pengikut bagi seseorang yang akan mencalonkan diri pada pilpres 2019.

"Untuk maju di pilpres, harus ada dukungan dan cohesion force. Kaum radikal ini salah satu caranya,” tutur Ponto dalam Diskusi Tutup Tahun 2017 di Hotel Aryaduta, Semanggi, Rabu (13/12/2017).

Pertarungan antara nasionalis dan radikalis ini diprediksi bakal sengit. Kampanye hitam (black campaign) akan menjadi senjata kubu radikalis yang dapat mengganggu stabilitas demokrasi Indonesia.

Terpenting, ujar Ponto, jadilah pemilih cerdas pada pilpres 2019 mendatang. Ponto menegaskan, Indonesia harus tetap menunjukkan “warnanya”, bukan sekadar monokromatis.

"Indonesia tidak akan pernah jadi satu warna. Apapun cara yg akan dipakai, keputusan ada di tangan kita. Mau pilih yang satu warna atau pelangi?" tutupnya.                   

Tags :
Rekomendasi