Kesembilan orang ini sempat hilang kontak sebelum dilaporkan meninggal. Tidak ada informasi detail soal seberapa ganas badai itu menghantam perkemahan mereka. Namun Kapten Siddartha Gurung, seorang pilot heli yang menjadi bagian dari tim evakuasi, menggambarkan seberapa hancur kamp itu.
"Base camp tampak seperti bom meledak," kata Dan Richards dari Global Rescue, sebuah kelompok bantuan darurat di AS yang membantu evakuasi jasad, seperti dilansir CNN, Senin (15/10/2018).
Tim kemudian melakukan evaluasi dilihat dari kondisi jenazah dan kamp. Hipotesa awal tim evakuasi bilang, para pendaki ini meninggal akibat angin badai yang dahsyat.
Polisi dan warga setempat bekerja untuk membawa para jenazah ini turun gunung ke Kathmandu. Helikopter penyelamat telah dikirim sekitar pukul 07:15 pagi hari Minggu waktu setempat.
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengidentifikasi pendaki Korea Selatan sebagai pemimpin tim Kim Chang-ho dan anggota tim Lee Jae-hoon, Yim Il-jin, Yoo Young-jik dan Jung Joon-mo. Empat pemandu Nepal yang meninggal belum diidentifikasi.
"Mereka sedang dalam perjalanan untuk menemukan rute baru ke Gurja Himal tetapi mengalami kecelakaan," kata presiden.
Tim telah memulai ekspedisi 45 hari untuk menemukan rute baru menuju Gunung Gurja pada 11 September. Yoo bertanggung jawab atas peralatan, Lee untuk urusan makanan dan obat-obatan dan Yim adalah seorang pembuat film dokumenter.
"Selama tantangan untuk rute baru terus berlanjut, jiwa orang-orang yang telah menjadi bagian dari gunung akan selamanya tetap di hati kita," tulis Moon Jae-in.