ERA.id - Wabah Covid-19 di base camp pendakian Gunung Everest, yang dibuka di tengah pandemi, telah menyebabkan "banyak orang" terinfeksi virus. Pemerintah Nepal dikritik karena tidak transparan terkait situasi yang sebenarnya.
Sementara pemerintah Nepal mengumumkan 7.000 kasus harian infeksi Covid-19, jumlah terbanyak sejak Oktober, beberapa laporan menunjukkan sejumlah pendaki harus dievakuasi karena menunjukkan gejala infeksi Covid-19.
Beberapa pendaki, menulis di media sosial, memperkirakan ada 30 kasus infeksi corona sejauh ini di Everest, meski Asosiasi Pendaki Nepal baru mengonfirmasi adanya empat kasus Covid-19 - tiga pendaki, dan satu pemandu - pada musim pendakian tahun ini.
"Saya dibawa menggunakan helikopter keluar dari base camp Everest (EBC) menuju Kathmandu setelah satu hari," sebut Gina Marie Han-Lee, seorang pendaki dari New York, via Facebook.
"Saat berada di rumah sakit di Kathmandu, tes Covid-19 mengonfirmasi bahwa saya positif dan mengalami pneumonia. Saya berada di ICU selama empat hari."
"Situasi Covid di EBC sangat buruk. Saya tak tahu apa yang sedang terjadi."
Kasus pertama teridentifikasi tak lama setelah para pendaki mulai tiba di Everest, beberapa pekan lalu. Seseorang asal Norwegia, Erlend Ness, diketahui positif terinfeksi Covid-19, termasuk juga Sherpa yang ia rekrut untuk mendaki gunung tersebut.
Pengamat Gunung Everest, Alan Arnette, berpendapat bahwa infeksi Covid-19 "jelas telah tejradi di base camp Everest."
"Pejabat pariwisata Nepal terus-menerus membantah ada masalah di base camp, kecuali satu kasus pendaki yang mengalami pneumonia. Panduan, baik dari luar maupun di dalam negeri, hanya memperbarui info tentang pendakian tanpa sekalipun menyebut soal virus," sebut Alan, dikutip dari The Guardian, (4/5/2021).
Sementara itu, seorang dokter anggota International Society of Mountain Medicine (ISMM) yang berbicara secara anonim di blog Explorersweb, akhir pekan lalu, mengaku tak bisa menjalankan pengetesan Covid-19 di fasilitas sementara yang didirikan di base camp Everest.
"Kami telah menerapkan protokol kesehatan di klinik Asosiasi Regu Penyelamat Himalaya dalam merawat pendaki yang bergejala Covid-19," kata dia. "Kami tidak diperbolehkan pihak kementerian kesehatan untuk menjalankan tes uji Covid-19."
Sumber anonim itu menyebut bahwa para pendaki di Everest kini harus mengisolasi diri di dalam tenda dan menjaga jarak dari tim ekspedisi lainnya. Sementara itu, ruang-ruang ICU di Kathmandu perlah-lahan mulai penuh.
"Pemerintah sepertinya tidak berniat menghentikan musim pendakian tahun ini, namun, keputusan bisa berubah kapan saja. Saya setuju dengan para sejawat saya, yaitu bahwa bagi mereka yang belum berangkat, saat ini bukanlah saat yang tepat untuk pergi ke Nepal."
Keputusan Nepal membuka kembali Everest untuk musim pendakian tahun ini sudah menjadi kontroversi tersendiri. Pasalnya, pembukaan musim terjadi di tengah pandemi dan memburuknya wabah Covid-19 di India, negara tetangga Nepal.
Keputusan itu menyebabkan naiknya jumlah infeksi corona di Nepal dengan jumlah terbanyak berpusat di kota Kathmandu, tempat para pendaki asing perlu transit sebelum melakukan ekspedisi.