Menurut pemberitaan Antara, penahanan Farouk dilakukan beberapa hari setelah otoritas setempat menyita salinan rancangan bukunya dari pihak penerbit.
Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri Mesir hingga saat ini belum dapat dihubungi. Namun, dua sumber terpercaya membocorkan bahwa Farouk ditangkap atas perintah jaksa.
Kepada Reuters, istri Farouk mengatakan, tiga polisi yang membawanya dari rumah mereka di pinggiran Kairo memberi tahu, penahanan terhadap Farouk dilakukan sehubungan dengan buku tersebut.
Ia pun diizinkan mengantarkan makanan, obat dan pakaian kepada Farouk di kantor polisi setempat.
Memang, sejak Presiden Abdel Fattah al-Sisi berkuasa di tahun 2014, kebebasan berpendapat jadi sebuah hal yang amat disoroti. Sejak itu, Mesir melancarkan tindakan keras terhadap perbedaan pendapat, yang menurut para aktivis belum pernah terjadi dalam sejarah modern negara itu.
Bagi pemerintahan al-Sisi, hal tersebut dilakukan demi menjaga ketenangan Mesir setelah bertahun-tahun dilanda gejolak politik dan ekonomi pascapemberontakan rakyat pada 2011.