Menebak Maksud 'Politik Kebohongan' Jokowi

| 22 Oct 2018 13:38
Menebak Maksud 'Politik Kebohongan' Jokowi
Presiden Jokowi hadiri acara ulang tahun Partai Golkar. (Foto: Twitter @CyberGolkar)
Jakarta, era.id - Presiden Joko Widodo meminta para politikus menghentikan politik kebohongan. Dia mengingatkan, partai politik untuk benar-benar menyambangi rakyat dan mendengar keluhan mereka secara langsung, bukan semata-mata hanya memanfaatkan momentum pemilu saja. Itu disampaikan Jokowi saat berpidato di puncak perayaan hari ulang tahun Partai Golkar di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Minggu (21/10).

Juru Bicara Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf Amin, Irma Suryani Chaniago menyebut, pidato Presiden Jokowi ini merupakan unek-unek pribadinya. Kata Irma, ini adalah bukti Jokowi sudah muak dengan strategi politik yang digunakan pada Pemilu 2019 ini.

"Ini sebenarnya pak Jokowi sudah mulai muak ya. Pak Jokowi kan enggak pernah komentar sebelum-sebelum ini soal omongan yang dari kubu sebelah walaupun mencaci, menjelekan, beliau pak Jokowi tidak peduli. Pak Jokowi dibilang enggak becus urus negara, beliau enggak peduli. Kerja saja terus," kata Irma saat dihubungi wartawan, Senin (22/10/2018).

Karena ini adalah tahun politik, Politisi Partai Nasdem itu juga mengimbau semua pihak bicara berdasarkan data. Agar, informasi yang disampaikan dalam kampanyenya, baik  Jokowi-Ma’ruf Amin dan tim kampanye Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, bertujuan untuk memajukan bangsa Indonesia. Sehingga, Irma minta, setiap pernyataan politik harus berdasarkan data sehingga berpotensi memecah belah bangsa.

"Kita itu kan bicara harus by data, karena kalau kita tujuannya mengabdi kepada rakyat artinya tidak perlu memecah belah rakyat. Tidak perlu membuat konflik horizontal di masyarakat," jelas Irma.

"Kritisi boleh, bagus. Kontrol juga boleh tapi by data, by solusi. Itu yang harus dilakukan oleh elite negeri ini, bicara program, bicara data. Jangan bicara ada data tapi datanya ngawur gitu lho," imbuhnya.

Beda lagi dengan penilaian dari Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Ferdinan Hutahaean tentang pidato Jokowi ini. Dia malah menantang balik Jokowi untuk jujur kepada publik jika tidak menggunakan kebohongan dalam kampanyenya selama ini.

Kejujuran yang dimaksud Ferdinan adalah perihal mobil Esemka yang kembali muncul menjelang Pemilu Presiden 2019. Dia mempertanyakan proses produksi dan perakitan mobil yang sudah digadang-gadang sejak 2012, dan kenapa sekarang dimunculkan lagi.

"Kami minta Jokowi mendahului untuk jujur. Misalnya jujur menjelaskan tentang mobil Esemka yang sekarang muncul lagi menjelang Pemilu Presiden 2019. Esemka ini diproduksi di mana, dirakit di mana, kenapa tiba-tiba sudah muncul mobilnya dan sedang diuji," ucapnya. 

Seirama dengan Ferdinan, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon mengatakan, harusnya pernyataan Jokowi ini jadi refleksi pendukungnya di Pemilu 2019. Jokowi yang berpasangan dengan Ma'ruf Amin di Pilpres 2019, didukung oleh PDI Perjuangan, Partai Golkar, Partai Nasdem, Partai Hanura, PPP, PKB, PKPI, PSI dan Partai Perindo, harus punya pandangan yang sama.

"Saya kira dia sedang menyindir dirinya sendiri yah. Mungkin dalam rangka refleksi kali," katanya, di Gedung DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (22/10/2018).

Fadli juga mempertanyakan, kejujuran Jokowi tentang janji-janjinya pada kampanye 2014 lalu. Sebab, ada sejumlah janji, yang kata Fadli, belum terpenuhi hingga sekarang. Namun, Fadli tidak merinci janji yang dia maksud.

"Kebohongan adalah orang yang membuat janji-janji, kemudian janji itu tidak ditepati. Itu namanya politik kebohongan," kata Wakil Ketua DPR ini.

Rekomendasi