Dua Perempuan Muslim Jadi Anggota Kongres AS

| 07 Nov 2018 14:43
Dua Perempuan Muslim Jadi Anggota Kongres AS
Rashida Tlaib dan Ilhan Omar (Aljazeera)
Washington DC, era.id - Momen bersejarah terjadi dalam Pemilu paruh waktu di Amerika Serikat (AS), sebab untuk pertama kalinya perempuan Muslim terpilih menjadi anggota Kongres AS. Mereka adalah Ilhan Omar dan Rashida Tlaib yang berasal dari Partai Demokrat.

Melansir dari Aljazeera, Rabu (7/11/2018) Ilhan Omar akan menjadi anggota House of Representatives dari Negara Bagian Minnesota dengan meraup 78,4 persen suara. Pengungsi dari Somalia itu terpilih setelah mengalahkan kandidat dari Partai Republik Jennifer Zielinski yang hanya mendapat 21,6 persen. 

<iframe src="https://www.facebook.com/plugins/post.php?href=https%3A%2F%2Fwww.facebook.com%2Fpermalink.php%3Fstory_fbid%3D10156572392592442%26id%3D671237441&width=500" width="500" height="632" style="border:none;overflow:hidden" scrolling="no" frameborder="0" allowTransparency="true" allow="encrypted-media"></iframe>

Tak hanya Omar, Rashida Tlaib yang merupakan politisi dari Detroit juga yang memenangkan kursi House of Representatives dari Negara Bagian Michigan. Politisi keturunan Palestina ini akan mengisi kursi John Conyers dari Partai Republik yang mundur sejak tahun lalu karena tuduhan pelecehan seksual.

Terpilihnya Tlaib dan Omar membuat jumlah politisi Muslim di Kongres menjadi tiga orang. Sebelumnya, Andre Carson, juga dari Demokrat, kembali terpilih di Negara Bagian Indiana.

 

Di sisi lain, dengan masuknya Tlaib dan Omar di kursi Kongres AS akan menurunkan efek islamphobia yang kerap terjadi di negeri Paman Sam itu. 

Setidaknya sebuah penelitian yang dirilis oleh New America Foundation dan American Muslim Institution menemukan sekitar dua dari lima orang Amerika berpikir bahwa Islam tidak sesuai dengan nilai-nilai Amerika, dan bahwa jumlah yang sama percaya bahwa Muslim tidak patriotik seperti warga lainnya.

Kelompok-kelompok hak-hak sipil Muslim AS mengatakan banyak retorika anti-Muslim berasal dari media, begitu juga dengan pembentukan politik negara itu. Peneliti menemukan bahwa orang-orang yang mengidentifikasi sebagai Republikan kemungkinan besar memiliki ide-ide negatif tentang Islam dan Muslim.

 

Rekomendasi