Tim Editor
Menanggapi itu, Koordinator Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Dahnil Anzar Simanjuntak menyatakan pihaknya lebih memilih moderator yang berasal dari media.
"Kami sepakat usulan moderator itu berangkat dari teman-teman media, asal dari media tersebut yang menyiarkan secara langsung," tutur Dahnil di Kantor KPU RI, Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat, Jumat (28/12/2018).
Dahnil menganggap, moderator debat dari salah satu media sudah sesuai aturan yang dibuat oleh KPU. Lagi pula, lanjut dia, nama yang disodorkan dari masing-masing media merupakan sosok yang profesional di bidangnya.
Ilustrasi (Mahesa/era.id)
Namun, bukan hanya itu, mantan Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah bilang sosok moderator yang dipilih nanti haruslah independen, serta memiliki kapasitas yang cukup dalam memandu jalannya debat.
"Kami yakin kalau yang mengusulkan teman-teman media tadi ya mereka tidak berpihak, karena ratusan juta masyarakat indonesia akan melihat ini, maka jangan rusak reputasi ini, itulah sebabnya kami percaya moderator itu usulan dari media," jelasnya.
Di sisi lain, sebelumnya Wakil Direktur Saksi Tim Kampanye Jokowi-Ma'ruf, Lukman Edy sependapat dengan TVRI bahwa moderator harus orang yang netral, tidak terafiliasi dengan tv manapun, dan jauh dari kesan untuk melakuakan framing dalam debat.
"Sebaiknya KPU memilih moderator yang netral dan bisa diterima semua pihak, agar acara debat kandidat itu sesuai dengan UU Nomor 7 Tahun 2017 bisa dilaksanakan dengan baik. Ketentuan itu menyatakan bahwa moderator harus dipilih yang tidak berpihak kepada salah satu paslon," ucap dia.
Diketahui, KPU telah memiliki sejumlah opsi nama yang akan bertindak sebagai moderator di acara debat Pilpres 2019. Beberapa nama tersebut adalah Najwa Shihab, Ira Kusno, Bayu Sutiyono, Tomi Cokro, Alvito Dinova, dan Prabu Revolusi.
