BMKG Pasang Sensor Pemantau Tsunami di Gunung Anak Krakatau

| 02 Jan 2019 09:47
BMKG Pasang Sensor Pemantau Tsunami di Gunung Anak Krakatau
Gunung Anak Krakatau (Twitter/@Sutopo_PN)
Jakarta, era.id - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah memasang alat peringatan dini tsunami di sekitar Gunung Anak Krakatau. Alat berupa sensor water level dan iklim ini diharapkan dapat mengantisipasi dini dampak erupsi Gunung Anak Krakatau terhadap tinggi gelombang laut.

"BMKG menambah peralatan, saat ini yang sudah terpasang di Pulau Sebesi fungsinya untuk mengukur tinggi gelombang dan cuaca di sekitar gunung," kata Kepala BMKG Prof Dwikorita Karnawati di Posko Terpadu Tsunami Selat Sunda, seperti dikutip Antara, Rabu (2/1/2018).

Alat tersebut dipasang di Pulau Sebesi di peraian Selat Sunda. Dwikorita menyebut, nantinya alat tersebut akan bekerja memantau pergerakan gelombang dan cuaca yang disebabkan oleh aktivitas Gunung Anak Krakatau. Jika ada gelombang mengalami fluktuasi yang tinggi, maka sensor akan mengirim sinyal ke pusat data yang terhubung.

Sensor tersebut, lanjut Dwikorta, bisa mendekati tinggi gelombang hingga 10 meter. Selain mendeteksi gelombang, sensor juga berfungsi untuk menangkap getaran yang terjadi karena erupsi Gunung Anak Krakatau.

"Secara pararel akan mengabarkan BMKG Jakarta, BPBD, dan Polda, akan diketahui lebih cepat jika ada gelombang tinggi seperti tsunami, jadi ada peringatan dini lebih cepat untuk masyarakat," lanjut Dwikorta.

Hingga saat ini, BMKG tak bisa memprediksi kapan gempa maupun erupsi dari Gunung Anak Krakatau akan terjadi. Dwikorta juga meminta agar masyarkat tak menyebarkan informasi bohong yang menyebutkan bahwa menurut BMKG akan terjadi letusan Gunung Anak Krakatau yang menghasilkan gempa dengan skala 8 SR di wilayah Lampung dalam waktu dekat atau dalam beberapa hari atau dalam beberapa minggu ke depan.

Gunung Anak Krakatau, salah satu gunung api di dalam laut yang paling aktif di dunia itu, dilaporkan setelah erupsi pada Sabtu (22/12), kini ketinggiannya tinggal 110 meter dari permukaan laut (mdpl), dari sebelumnya setinggi 338 mdpl. Sebagian material tubuhnya dipastikan telah luruh ke laut di sekitarnya, sehingga kemudian diduga menjadi pemicu terjadi tsunami Selat Sunda pada kawasan pesisir di Lampung dan Banten.

Tags :
Rekomendasi