Ketua Senat Trisakti 98 'Tantang' Prabowo

| 08 Feb 2019 19:23
Ketua Senat Trisakti 98 'Tantang' Prabowo
Julianto Hendro Cahyanto (Tsa Tsia/era.id)
Jakarta, era.id - Ketua Senat Mahasiswa Trisakti tahun 1998, Julianto Hendro Cahyanto menantang mantan Danjen Kopassus, Prabowo Subianto untuk angkat bicara soal pelanggaran HAM terhadap mahasiswa di tahun 1998 jika Prabowo memang merasa bukan pelaku pelanggar HAM.

Hal ini disampaikan Hendro dalam Forum Group Discussion (FGD) bertajuk 'Mengungkap Fakta Tragedi Trisakti 1998'. Masalahnya, menurut Julianto, hingga saat ini Prabowo belum pernah membantah apalagi mengiyakan perihal keterlibatannya dalam tragedi penembakan mahasiswa kala itu. 

"Pak Prabowo, kalau beliau merasa difitnah atau selama ini merasa, 'kok tuduhannya ke saya,' ayo, Pak Prabowo ngomong. Karena selama ini, Pak Prabowo difitnah, katanya 'bukan saya'. Tapi gimana, tunjukkan kalau dia tidak terlibat," kata Hendro di Posko Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (8/2/2019).

Sebagai salah satu korban selamat tragedi Trisakti 1998 itu, Hendro bilang, harusnya Prabowo bersikap ksatria dan mengklarifikasi itu kepada publik. Jika memang dia merupakan orang yang bertanggungjawab dalam kejadian yang menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti, maka Hendro minta Prabowo mengaku saja.

"Harusnya, secara ksatria kalau memang dia pelakunya, akui saja. Jangan cuma menjadi isu nasional selama ini saja," ungkap dia.

Menurutnya, anggapan jika Prabowo bertanggungjawab dalam kasus pelanggaran HAM berat karena dia merupakan bagian Orde Baru dan menjabat sebagai petinggi TNI. Apalagi, saat itu dia masih menjadi menantu Presiden ke-2 RI Soeharto yang dituntut oleh mahasiswa untuk mundur. 

"Pak Prabowo pada saat itu bagian dari Orde Baru. Bagian dari sejarah dulu yang otoriter. Dia sebagai mantunya pasti belain orde baru dong," jelas Hendro.

Sebagai alumni Trisakti sekaligus aktivis '98, Hendro juga menyampaikan dukungannya secara mantap kepada capres 01 Joko Widodo. Sebab, dia menilai Jokowi merupakan sosok yang berani.

"Karena Pak Jokowilah yang paling berani punya nyali," jelasnya.

Rekomendasi