"Keadaan 2014 (saat Jokowi kalah di Banten) harus berbalik. Kan saya orang Banten. Masa orang Banten tak mendukung orang Banten?" kata Ma'ruf kepada wartawan di Cilegon, Banten, Kamis (14/3/2019).
Mustasyar PBNU itu bilang, dia berharap suara pemilihnya di wilayah Banten, khususnya Cilegon bisa mencapai 60 persen. "Pokoknya menangnya tak usah banyak, minimal 60 persen," kata Ma'ruf.
Mantan Rais Aam PBNU itu, juga sempat mengucapkan keinginannya itu di hadapan Silaturahmi Alim Ulama Tokoh (Silat) Cilegon yang sempat mendeklarasikan dukungan kepada paslon 01, Jokowi-Ma'ruf Amin.
Kata dia, sebagai sesama orang Banten, harusnya warga Cilegon bisa memilih dirinya. Apalagi, Ma'ruf merupakan putra daerah. Bahkan, dirinya juga mempertanyakan jika ada warga Banten yang tak mau memilih dirinya dalam gelaran Pilpres 2019.
"Ono wong (ada orang) Banten, tapi ora dukung wong (tidak mendukung orang) Banten, itu namanya kabina-bina (terlalu)," ungkapnya.
"Tapi kalau di Banten kalah, keok, malu apa enggak? Di desanya keok, bener atau enggak? Banten harus menang. Banten kudu menang, menangnya kudu akeh (banyak)," imbuh dia.
Ma'ruf juga sempat menyinggung keputusan Jokowi mengajak dirinya menjadi cawapres. Kata ulama ini, Jokowi menjadikan dia sebagai cawapres merupakan bentuk penghargaan bagi warga Banten.
Selain itu, dihadapan alim ulama se-Cilegon, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini sempat mengklarifikasi isu hoaks yang menyerang Jokowi. Salah satu isu itu, terkait Jokowi yang tak peduli dengan ulama.
Padahal, dalam perjalanan pemilihan cawapres, Jokowi kemudian menetapkan Ma'ruf berpasangan dengannya. "Kenapa saya mau diangkat jadi cawapres, karena saya anggap ini penghormatan terhadap ulama," jelasnya.
Supaya kalian tahu, di Pilpres 2014 yang lalu pasangan Jokowi-Jusuf Kalla kalah dari pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Saat itu, pasangan nomor urut 1 Prabowo-Hatta berhasil menang dengan angka 3.282.216 suara atau 56,96 persen. Sementara pasangan nomor urut 2 Jokowi-JK meraih 2.480.072 suara atau 43,04 persen.