Sebab, kata Hasan, mereka yang tak percaya hasil quick count Pemilu 2019, adalah orang yang percaya dengan Pilkada Jakarta 2017, bahkan melakukan selebrasi setelah menyatakan Anies Baswedan-Sandiaga Uno menang melawan Basuki Tjahja Purnama-Djarot Saiful Hidayat.
"Orang-orang yang hari ini memfitnah lembaga-lembaga survei, yang menuduh lembaga survei hari ini adalah orang-orang yang sama, yang jingkrak-jingkrak, yang berpesta pora, dan langsung pidato kemenangan ketika tahun 2017 lembaga-lembaga survei yang umumkan Anies Baswedan menang," kata Hasan di Hotel Morrisey, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (20/4/2019).
"Kenapa tahun 2017 mereka jingkrak-jingkrak tapi hari ini (Pemilu 2019) tidak?" tanyanya.
Mereka yang tidak percaya hasil quick count karena menganggap lembaga survei tersebut ditunggangi calon tertentu. Hasan pun memastikan hal itu tidak benar. Dia juga siap bila diminta untuk membuka metodelogi penelitian yang lembaga surveinya lakukan.
Hasan menambahkan, quick count adalah produk scientific yang bisa dipertanggungjawabkan. Data yang mereka ambil berasal dari TPS yang diolah hingga akhirnya menjadi sebuah kesimpulan yang disiarkan kepada publik.
"Enggak bisa tiba-tiba di atas kertas angka segini terus proses di hulu enggak ada, tuh, enggak bisa. Jadi, bukan cuma angka akhirnya yang bisa dipercaya tapi proses di hulunya bisa diperiksa," tutupnya.