Dilansir Antara, Kamis (10/5/2019), Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan, dua pelaku ini memiliki jaringan yang berbeda, tapi memiliki koneksi yang kuat dala kelompok Jamaah Ansharuut Daulah (JAD).
EY merupakan ketua JAD Bekasi pengganti ketua sebelumnya yang sudah ditangkap beberapa tahun lalu oleh Densus 88 ketika peristiwa bom Thamrin. EY bertugas di daerah Bekasi dan memiliki peran vital dalam rencana aksi di daerah Jakarta dan sekitarnya.
EY juga mengajarkan terduga teroris SL, IF dan T yang sudah ditangkap pada Sabtu (4/5) dan Minggu (5/5). Mereka ditangkap karena merakit bom dengan tipe high explosive.
Tak hanya itu, EY juga mendanai kelompok SL untuk membeli dan mencoba mempraktikkan merakit hingga tiga bom, satu di antaranya telah diledakkan, dua sisanya diamankan.
"Dia sebagai mentor juga, merekrut anak-anak muda untuk bergabung di dalam kelompok JAD Bekasi," ujar Dedi Prasetyo.
Sementara, YN alias Kautsar, direkrut oleh EY dan diajarkan cara merakit bom. YN adalah seorang lulusan SMA negeri di Bekasi tahun 2018 yang mempunyai prestasi di bidang olahraga karate sampai tingkat nasional.
"Ini kami sayangkan dan sesalkan karena anak-anak muda sekarang ini mudah sekali terpapar paham radikalisme," tutur Dedi Prasetyo.
Dari EY, barang bukti yang disita adalah dua bom pipa high explosive serta bahan-bahan untuk merakit bom triacetone triperoxide (TATP). TATP bukan senyawa tunggal dan diperlukan keahlian khusus untuk mencampur beberapa senyawa kimia untuk menjadi suatu bahan bom yang sifatnya high explosive.
Sementara barang bukti yang disita dari tersangka YN adalah beberapa laptop, hardisc, catatan, alat-alat untuk membuat uji coba serta remote pemicu bom.