Benda peninggalan bersejarah yang hangus terbakar, seperti miniatur perahu berukuran 30 cm, replika perahu nelayan berukuran normal, maket, hingga alat-alat navigasi kelautan.
"Yang jelas kita sudah kehilangan benda cagar budaya bangunan bersejarah dan itu merupakan suatu keprihatinan kita semua," terang Tinia di Blok G, Balai Kota, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (17/1/2018).
Selain koleksi miniatur, sejumlah lukisan printing yang terpajang untuk pameran turut hangus terbakar. Tinia memastikan, pascakebakaran Museum Bahari akan segera dilakukan perbaikan.
Pertama, pihaknya menginventarisasi koleksi-koleksi yang rusak. Jika masih mungkin untuk dibeli atau dibuat kembali replikanya. Kemudian, dari berbagai benda bersejarah yang rusak dan hancur itu, akan dihitung jumlah kerugiannya.
Tinia berjanji akan melakukan renovasi museum yang terbakar ini secepatnya. Sedangkan untuk biaya perbaikannya belum dapat dipastikan sumbernya, menggunakan dana APBD atau bantuan dari kementerian.
Informasi yang dihimpun era.id, kebakaran Museum Bahari pertama kali diterima petugas jaga damkar Jakut, sekitar pukul 08.55 WIB, Selasa (16/1). Api yang ditimbul diduga kuat akibat korsleting listrik di salah satu ruangan. Sebanyak 21 unit damkar langsung diterjunkan ke lokasi.
Museum Bahari dahulu merupakan gedung rempah-rempah. Kemudian dialihfungsikan menjadi museum untuk menyimpan benda-benda bersejarah bahari di Indonesia. Berbagai perangkat lawas nelayan, replika kapal perang, alat transportasi dan kronologi sejarah mengenai kemaritiman batavia tersimpan di museum tersebut. Namun itu semua kini musnah.