Tentang Aristides Katoppo yang Temui Soe Hok Gie di Keabadian

| 30 Sep 2019 16:07
Tentang Aristides Katoppo yang Temui Soe Hok Gie di Keabadian
Aristides Katoppo. (Twitter/jflowrighthere)
Jakarta, era.id - Dunia pers Indonesia berduka. Wartawan senior Aristides Katoppo yang dikenal sederhana dan punya pendirian teguh, berpulang di Rumah Sakit Abdi Waluyo, Jakarta Pusat, kemarin.

Pria --akrab disapa Tides-- merupakan sosok jurnalis senior yang sangat memahami persoalan sosial dan politik Indonesia. Tides juga menjadi salah satu pendiri surat kabar Sinar Harapan, Aliansi Jurnalis Independen (AJI), serta Jurnalis Lingkungan Indonesia (SIEJ). 

Sebagai wartawan senior, namanya tidaklah asing. Pria kelahiran Tomohon, Sulawesi Utara pada 14 Maret 1938 ini menjadi salah satu tokoh Angkatan 66 yang ikut menggulingkan pemerintahan Soekarno. Ia juga menjadi salah satu saksi mata masa kegelapan media Indonesia di era Orde Baru.

Dikutip dari CNN, kariernya di dunia jurnalistik dimulai pada akhir tahun 1957 dengan bergabung Pers Biro Indonesia. Kemudian pada tahun 1961, ia bergabung dengan harian ternama Indonesia saat itu, yakni Sinar Harapan. 

Baca Juga: Mencari Aktor Kematian Randi, Mahasiswa Kendari yang Tewas Tertembak

Perannya di bidang jurnalistik telah menghasilkan sejumlah karya besar, salah satunya liputan eksklusifnya tahun 1964 yang membuat geger para pemimpin dunia.

Tides mendapatkan isi surat khusus yang dikirim Presiden Amerika Serikat (AS) saat itu John F Kennedy untuk Presiden Soekarno. Surat itu berisi tawaran AS untuk memberi bantuan menjadi penengah terkait perundingan pengalihan kekuasaan Irian Barat antara Indonesia dan Belanda.

Dalam surat itu, Presiden Kennedy meminta Indonesia tidak menggunakan kekerasan militer dan senjata dari Uni Soviet. Tides menjadi satu-satunya wartawan yang mendapatkan surat Kennedy itu. Tulisannya kemudian menjadi berita utama di The New York Times dan Sinar Harapan.

Tides dan Alam

Selain sebagai wartawan, Tides muda juga dikenal sebagai pecinta alam dan dekat dengan aktivis era 1996 Soe Hok Gie. Ia pernah menjadi anggota tim pendakian Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Indonesia (Mapala UI). Ia juga mendaki gunung bersama Soe Hok Gie, Herman Lantang, dan Rudy Badil. 

 

Dalam buku Tides Masih Mengembara yang terbit pada 2018 disebutkan, kecintaan Tides terhadap alam dimulai sejak ia kecil. Tides saat itu tinggal di sebuah tenda pengungsi akibat Sekutu menjatuhkan bom di Minahasa pada era Perang Dunia II. Dari tenda itu, Tides melihat taburan bintang-bintang di langit. Hal ini menurut sang istri Mimis Katoppo, merupakan ingatan yang sangat mengesankan bagi Tides, demikian dikutip Katadata.

Baca Juga: Kinerja Buruk Wakil Rakyat di Penghujung Masa Jabatan

 

Dikutip Antara, seminggu sebelum wafat Tides mengikuti kegiatan napak tilas di Gunung Semeru, Jawa Timur, untuk mengenang 50 tahun meninggalnya Soe Hoe Gie. Tides juga sempat memberi wasiat kepada putra sulungnya Judistira Katoppo jika wafat jasadnya dikremasi lalu abunya ditaburkan di gunung.

Dalam acara itu Tides hanya sampai di Desa Ranupani yang merupakan pos pendaftaran Gunung Semeru. Kini, ia telah menemui sahabatnya di keabadian. Rencananya, jenazah Aristides dikremasi pada Selasa, 1 Oktober 2019, di Oasis Lestari, Tangerang, Banten.

Selamat jalan, Tides...

Rekomendasi