Cerita Sekolah yang Pelajarnya Ikut #STMbergerak #STMmelawan

| 02 Oct 2019 11:33
Cerita Sekolah yang Pelajarnya Ikut #STMbergerak #STMmelawan
SMK Cengkareng 2 Jakarta (Rizky/era.id)
Jakarta, era.id - Aksi demonstrasi menolak sejumlah Rancangan Undang-Undang bermasalah berujung brutal. Sepekan lebih aksi demonstrasi terjadi, beberapa kali pula kerusuhan pecah.

Massa yang terlibat bentrok ini meliputi sejumlah elemen masyarakat, tak terkecuali pelajar Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau Sekolah Teknik Mesin (STM). Mereka turut aksi yang digelar di sekitar Kompleks Parlemen, Senayan. 

Data dari kepolisian menyebutkan, ada sejumlah siswa sekolah yang ditangkap karena terlibat aksi ricuh ini. Di antaranya adalah SMK Cengkareng 2 Jakarta yang didata polisi tertangkap 33 orang siswa. 

Namun, jumlah itu dianggap tidak tepat oleh pihak sekolah. Kepala Sekolah SMK Cengkareng 2 Jakarta Sukatno meluruskan, jumlah anak didiknya yang ditangkap polisi tak sampai sebanyak itu.

"Memang benar ada yang diamankan tapi jumlahnya tidak benar. Di sana (data) kan tertulis 33 tapi sebenarnya jumlahnya 30 siswa," ucapnya kepada era.id saat ditemui di SMK Cengkareng 2 Jakarta, Rabu (2/10/2019).

Sukatno menambahkan, siswanya itu tak terlibat dalam kericuhan ataupun bentrokan dengan aparat kepolisian. Sebab, mereka ditangkap saat perjalanan ke gedung DPR RI. Ditambah, dari pemeriksaan polisi, tak ada satupun siswanya yang membawa senjata tajam atau barang-barang berbahaya lainnya. 

"Tidak ada keterlibatan, mereka (siswa) diamankan waktu perjalanan. Jadi waktu mereka di mobil itu langsung diarahkan sama polisi ke Polres," ungkapnya.

Karena tak terlibat kerusuhan, Sukatno menerangkan, anak didiknya diperbolehkan pulang dengan catatan harus dijemput oleh orang tuanya. "Langsung diperbolehkan pulang setelah dijemput orang tuanya," katanya.

SMK Cengkareng 2 Jakarta (Rizky/era.id)

Siswa mendapat pembinaan

Meski dipulangkan karena tak terbukti terlibat aksi demontrasi yang berakhir ricuh, siswa SMK Cengkareng 2 Jakarta tak dilepaskan begitu saja. Mereka mendapatkan sejumlah proses pembinaan dari polisi dan sekolah.

Pembinaan pertama dilakukan oleh pihak kepolisian. Dalam pembinaan itu, beberapa pengetahuan soal demonstrasi diberikan kepada mereka. 

"Kita bekerja sama dengan pihak kepolisian. Setelah ditangkap siswa kami dibina terlebih dahulu," kata Sukatno.

Kemudian, sehari setelahnya, puluhan remaja tanggung itu dibina oleh para guru konseling. Namun, pembinaan kali ini tak hanya siswa yang dilibatkan, para orang tua murid juga diikutsertakan agar lebih mengawasi anak-anaknya.

"Kita ajak orang tua murid juga untuk pembinaan. Mereka (siswa) juga berjanji agar tidak terlibat lagi," ungkapnya.

Sukatno menambahkan, pihak pengawas dari Suku Dinas (Sudin) Pendidikan Jakarta Barat juga menyoroti siswanya yang tertangkap polisi. Namun, karena tak terbukti anak didiknya terlibat dalam aksi demonstrasi berujung ricuh itu, maka hal tersebut tidak menjadi masalah. 

"Dari Sudin sempat ke sini tapi setelah dijelaskan semuanya, saat ini tidak ada masalah," tukasnya.

Untuk diketahui massa pelajar melakukan aksi di depan gedung DPR, beberapa waktu lalu. Aksi mereka berujung rusuh dan mengakibatkan beberapa fasilitas umum rusak serta terbakar.

Massa pelajar ini datang dari berbagai daerah di Jabodetabek. Mereka datang setelah mendapatkan pesan berantai ajakan demonstrasi di media sosial dengan tagar #STMmelawan dan #STMbergerak.

Rekomendasi