Sederet 'Bacotan' Arteria Dahlan

| 10 Oct 2019 13:03
Sederet 'Bacotan' Arteria Dahlan
Politikus PDIP Arteria Dahlan. (Fitria/era.id)
Jakarta, era.id - Anggota DPR Arteria Dahlan jadi sorotan setelah dalam acara Mata Najwa ia berdebat soal Perppu KPK dengan menunjuk-nunjuk ekonom senior Emil Salim. Sosok politikus PDI Perjuangan ini memang kerap melontarkan pernyataan yang kontroversial.

Menurut catatan era.id, beberapa kali, pria yang menjadi anggota DPR menggantikan Djarot Saiful Hidayat di DPR pada 2015 ini pernah membuat heboh dengan pernyataannya.

Minta dipanggil 'Yang Terhormat'

Arteria pernah protes karena ia dan koleganya di Komisi III DPR tak dipanggil 'yang terhormat' oleh pimpinan KPK. Saat itu, rapat kerja antara Komisi III dengan pimpinan KPK digelar di Kompleks Parlemen, Senayan Jakarta, pada Senin, 11 September 2017. Arteria Dahlan yang saat itu bertugas di Komisi VIII diperintahkan oleh fraksinya untuk mengikuti rapat di Komisi III. Saat pimpinan KPK menjawab serta memberi penjelasan, Arteri Dahlan menilai tak ada suasana kebangsaan.

"Ini mohon maaf ya, saya kok enggak merasa ada suasana kebangsaan di sini. Sejak tadi saya tidak mendengar kelima pimpinan KPK memanggil anggota DPR dengan sebutan 'Yang Terhormat'," kata pria 44 tahun tersebut. Ia menilai sudah seharusnya anggota DPR dipanggil 'Yang Terhormat' selama rapat.

 

Kemenag 'bangsat'

Pada 28 Maret 2018, Komisi III bersama Kejaksaan Agung dan Kementrian Agama (Kemenag) sedang membahas persoalan penyedia jasa umrah bodong. Arteria menyarankan kejaksaan tak hanya menginventarisasi travel umrah yang bodong, tapi juga melakukan penindakan. Arteria tampak kesal kepada Kementerian Agama

"Saya satu komisi satu bulan sama (kasus First Travel) ini, Pak. Ini masalah dapil, Pak. Yang dicari jangan kayak tadi Bapak lakukan inventarisasi, pencegahannya, Pak. Ini Kementerian Agama bangsat, Pak, semuanya, Pak," kata Arteria.

sehari kemudian, Arteria meminta maaf dan mengaku menggunakan kata-kata kasar itu itu lantaran geram dengan oknum di Kemenag.

"Kalau ada ketersinggungan, mohon maaf. Kalau saya menyinggung Pak Menteri dan teman-teman Kemenag," ujar Arteria.

Ricuh di KPU

Sejumlah politikus dan massa PDI Perjuangan ricuh saat menyerahkan daftar bakal calon anggoa legislatif (bacaleg) di kantor KPU, Jakarta Pusat, Selasa (17/7/2018). Petugas keamanan KPU melarang politikus dan massa tersebut untuk masuk. Demi alasan keamanan, petugas hanya membatasi enam orang saja yang menjadi perwakilan partai berlambang moncong banteng putih itu untuk mendaftar.

Di saat yang sama, perwakilan Partai Perindo juga tiba di kantor KPU dan langsung dipersilakan masuk oleh petugas. Massa PDIP pun mulai tersulut emosi karena petugas tersebut memperbolehkan perwakilan Perindo masuk ke dalam dengan jumlah lebih dari enam orang.

Aksi adu mulut hingga dorong-dorongan pun tak terhindarkan. Beberapa politikus PDIP seperti Adian Napitupulu, Arteria Dahlan, dan Masinton Pasaribu, juga ikut emosi dan mendorong petugas. Arteria terlihat menghardik dan menunjuk-nunjuk petugas keamanan. "Gua dari DPR. Jangan macam-macam lu," sebutnya.

Nunjuk-nunjuk Prof. Emil Salim di Mata Najwa

Yang terbaru, Master di bidang Hukum dari Universitas Indonesia ini terlibat adu mulut dengan Profesor Emil Salim tentang Perppu KPK. Sikapnya dinilai emosian, sering menyelak lawan bicara, hingga menunjuk lawan diskusi dengan umpatan negatif.

Arteria menunjuk-nunjuk Profesor Emil Salim sembari mengatakan dengan nada tinggi bahwa Emil Salim profesor sesat. "Tidak ada Prof. Prof sesat nih," ujar Arteria kepada Menteri Lingkungan Hidup pada era Presiden Soeharto itu.

Dalam penjelasannya, menurut Arteria, andai Emil Salim berbicara sebagaimana layaknya profesor, Arteria mengatakan perdebatan pasti bakal bersifat ilmiah. "Ya kalau kita pembicaraannya beliau berbicara sebagaimana layaknya profesor, kita juga perdebatannya perdebatan ilmiah. Tapi kan pembicaraannya sudah tidak ilmiah lagi, itu. Saya tuh coba bersabar, dari awal kan saya sabar, tapi tatkala pembicaraannya sudah di luar konteks dan ini dilihat publik itu kurang pas. Coba deh tonton dari awal, kemudian lihat apa yang disampaikan sama materi muatannya, kapasitas profesor itu ekonom bicara hukum," kata Arteria Dahlan, lewat pesan singkat kepada era.id, Kamis (10/10/2019).

 

Dia menilai pernyataan Emil Salim sudah melenceng dan melebar kemana-mana. "Kemudian dia bilang banyak pelemahan-pelemahan, yang mana pelemahannya? Dewan Pengawas katanya. Sudah saya jelasin kenapa butuh Dewan Pengawas. Tapi kan dia ngomongnya meluas, meluas sampai yang out of the context. Dia bilang DPR banyak yang ditangkap jadi sukses. Ujung-ujungnya dia nanya lagi, nah itu dia," ucapnya.

Arteria meminta semua pihak untuk melihat video rekaman siaran Mata Najwa secara utuh, agar paham mengapa interaksi dia dengan Emil Salim begitu panas hingga saling tunjuk. Menurut dia, Emil Salim berbicara terlalu jauh padahal bukan ahli hukum. 

Tags : ketua dpr