Palembang Diserang Kabut Asap Pekat

| 14 Oct 2019 10:25
Palembang Diserang Kabut Asap Pekat
Kondisi udara di Palembang, Senin (14/10) pagi. (Foto: Twitter @PutraIranda)
Palembang, era.id - Sejumlah warga Palembang, Sumatera Selatan mengeluhkan kabut asap yang dinilai kondisinya menjadi yang terparah pada Senin ini dibanding selama periode kemarau tahun 2019. Di media sosial, Twitter pun, muncul tagar #savepalembang untuk menyebarkan kondisi di sana.

Dilansir Antara, berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Sumsel yang bersumber dari Satelit Lapan, disebutkan jumlah titik panas pada Senin (13/10/2019) mencapai 732 titik, dengan titik panas terbanyak di Kabupaten Ogan Komering Ilir yang berjumlah 437 titik. Sementara sebelumnya, pada Jumat, total berjumlah 417 titik.

Sementara, Kepala Bidang Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Sumsel Ansori mengatakan, titik panas terbanyak terpantau di Kabupaten Ogan Komering Ilir sehingga fokus pemadaman difokuskan di wilayah tersebut.

"Kami selalu lakukan waterbombing (pemadaman dari udara), setiap hari mengerahkan lima unit helikopter. Kebakaran di OKI ini memang sulit dipadamkan karena terjadi di kawasan gambut, dan akses darat yang terbatas. belum lagi jika terbakar, asapnya mengarah ke Palembang," kata Ansori.

 

Aktivis Walhi Sumatera Selatan menyatakan kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang mencemari udara Kota Palembang dan sekitarnya sepekan terakhir semakin parah.

"Kualitas udara di Palembang hari ini tergolong tidak sehat karena dicemari asap kiriman dari sejumlah kabupaten rawan Karhutla seperti Kabupaten Ogan Ilir, Banyuasin, dan Ogan Kemering Ilir," kata Direktur Eksekutif Walhi Sumsel Hairul Sobri. 

Kualitas udara sekarang ini, lanjut dia, tidak sehat menuju level berbahaya karena dicemari asap dari kebakaran hutan dan lahan.

Udara di Ibu kota Provinsi Sumsel itu mencapai level hingga di atas 250 mikrogram/m3. Sesuai kategori Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU), jika kualitas udara berapa pada level 0-50 mikrogram/m3 dalam kondisi baik, sedangkan pada level 50-150 sedang, 150-250 tidak sehat, 250-350 sangat tidak sehat, dan pada level lebih dari 350 mikrogram/m3 berbahaya.

Melihat perkembangan data kualitas udara (PM 10) di Kota Palembang dan sekitarnya sekarang ini memburuk, BPBD dan tim Satgas gabungan siaga darurat asap diharapkan untuk melakukan tindakan penanggulangan Karhutla agar tidak semakin luas dan asapnya tidak menimbulkan pencemaran udara yang semakin parah mencapai level bahaya bagi kesehatan masyarakat.

Dia menambahkan, pemerintah pusat dan daerah harus bertindak cepat menangani ancaman bahaya asap dari kebakaran hutan dan lahan itu.

"Negara bertanggung jawab atas udara bersih dan sehat untuk rakyat, oleh karena itu harus melakukan tindakan cepat menanggulangi bencana asap yang mulai mengganggu kesehatan dan berbagai aktivitas masyarakat," ujar Direktur Walhi Sumsel. itu

 

Kepala Dinas Kesehatan Kota Palembang dr Letizia mengatakan pihaknya menyiagakan tim untuk mengantisipasi terjadinya peningkatan penderita infeksi saluran pernapasan akut (Ispa) pada kondisi kualitas udara yang akhir-akhir ini kurang baik akibat terpapar asap kebakaran hutan dan lahan.

Tim yang siaga di puskesmas dan rumah sakit umum daerah setiap waktu siap memberikan pelayanan kepada warga kota yang mengalami gangguan kesehatan.

Berdasarkan data sementara dalam dua bulan terakhir ada ratusan warga terkena Ispa yang telah diberikan pelayanan kesehatan dengan baik.

Untuk mencegah semakin banyak warga terkena Ispa, pihaknya berupaya mengimbau warga agar menggunakan masker untuk meminimalkan kontak langsung dengan asap dampak kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di sejumlah daerah Sumatera Selatan.

Selain menggunakan masker, untuk menghindari penyakit Ispa dan gangguan kesehatan lainnya akibat udara tercemar asap karhutla, warga diimbau untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Rekomendasi