Perang Korea dan Terbelahnya Wilayah Utara dan Selatan

| 14 Oct 2019 15:51
Perang Korea dan Terbelahnya Wilayah Utara dan Selatan
Pertempuran Triangle Hill (Foto: Wikimedia.org)
Jakarta, era.id - Pertempuran Triangle Hill atau Operation Showdown terjadi 14 Oktober hingga 25 November, 67 tahun lalu, ketika Perang Korea berkecamuk. Pertempuran terjadi karena agenda perang dingin Amerika Serikat-Soviet. Imbasnya, wilayah Korea terbelah menjadi Korea Utara dan Korea Selatan. 

Perang fisik Korea berlangsung dari tahun 1950 sampai 1953. Perang tersebut berawal dari invasi blok Korea Utara terhadap wilayah selatan Korea. Serangan itu disinyalir karena pemimpin daerah selatan Korea Syngman Rhee, menyebarkan ideologi liberalnya di sekitar perbatasan kedua wilayah tersebut. Akhirnya perang antara kedua wilayah tak dapat dihindarkan. 

Blok Korea Utara dibantu pasukan bentukan China (People Volunteer Army/PVA). Sedangkan, Soviet menyokong senjata dan alat perang. Sementara, melihat wilayah Korea Selatan diinvasi, Perserikatan Bangsa-Bangsa tidak tinggal diam. Pasukan PBB dan militer Amerika Serikat turut membantu Korea Selatan. 

Serangkaian peristiwa terjadi pada perang fisik yang berlangsung sekitar tiga tahun. Salah satu yang monumental yakni pertempuran Bukit Segitiga atau Triangle Hill. Walter G. Hermes dalam Truce Tent and Fighting Front (1992) menyebut perang tersebut adalah perang terbesar dan paling berdarah di tahun 1952. 

Triangle Hill berlokasi di provinsi Gangwon, Korea Selatan yang berbatasan dengan Korea Utara. Triangle Hill menjadi lokasi yang diperebutkan kedua negara pada waktu itu. 

Operasi Triangle Hill ini disebut juga dengan operasi Showdown, artinya PBB menyerukan serangan simultan pada daerah Triangle Hill dan Sniper Ridge. 

Dua batalion dikerahkan untuk operasi tersebut. Satu batalion dari Resimen Infanteri ke 31 AS, Divisi Infanteri ke 7 menyergap Triangle Hill. Sementara satu batalion dari Resimen ke 32 dari Republik Korea (Korea Selatan/ROK), Divisi Infanteri ke-2 menyerang daerah Sniper Ridge. 

Dalam operasi itu, PBB memprediksi serangan tidak akan lebih dari lima hari dengan korban jiwa maksimal 200 orang dari pihak PBB. Prediksi itu berdasarkan asumsi jumlah artileri maksimum dan dukungan dari serangan udara akan tersedia. 

Namun di sisi blok Korea Utara, Triangle Hill dipertahankan oleh Kompani ke 8 dan ke 9, sementara daerah Sniper Ridge dilindungi oleh Kompani pertama yang terdiri dari Resimen ke 135, Divisi ke 45, dan Pasukan ke 15. 

Mereka juga sudah mempersiapkan pertahanan dari serangan-serangan yang mungkin akan terjadi. Dalam upaya tersebut mereka membangun jaringan pertahanan yang kompleks. Misalnya mereka membuat terowongan sejauh 9.000 meter, 50.000 meter parit, dan 5.000 meter ladang ranjau. 

Akibat dari operasi Triangle Hill tersebut, sebanyak 365 pasukan AS terbunuh, 1.174 terluka, dan 1 orang tertangkap. Sementara dari Korea Selatan sebanyak 1.096 orang terbunuh, 3.496 orang terluka, dan 97 orang hilang. 

Sedangkan dari blok Korea Utara yang berasal dari sumber China, tercatat sebanyak 4.838 orang terbunuh, dan 6.691 orang terluka. Sementara PBB mengestimasi jumlah korban dari pihak Korea Selatan mencapai 19.000 orang. 

Awal Korea terbelah

Jauh sebelum Perang Korea terjadi, wilayah Korea berada di bawah kekuasaan Jepang. Tekanan dari masa penjajahan Jepang membuat nasionalisme rakyat Korea bangkit. Akibatnya mereka sempat membuat gerakan kemerdekaan yang disebut dengan gerakan rakyat Korea bersatu pada 1 Maret 1919. Kemudian para tokoh Korea dari berbagai latar belakang ideologi seperti Syngman Rhee, Park Eunsik, Yi Donghwi, Kim Kyusik dan Lee Dongnyeong bersatu. Mereka mendirikan pemerintahan sementara Korea. 

Mereka lalu merumuskan konstitusi dan membawanya ke China pada 11 April 1919 untuk deklarasi pemerintahan. China dipilih karena sebelum Jepang berkuasa, wilayah Korea berada di bawah kekuasaan dinasti Qing. Lalu pada 13 April 1919 deklarasi dilaksanakan di Shanghai dan Syngman diangkat sebagai presiden.  

Walaupun pemerintah Korea telah dibentuk tidak terlalu membawa dampak positif terhadap warga Korea. Malah mereka mendapat tekanan semakin keras dari Jepang. Pasalnya Jepang memang masih sangat kuat pada waktu itu.

Tekanan tersebut berlangsung hingga Jepang menyerah terhadap sekutu dalam Perang Dunia II. Hal itu praktis membuat wilayah bekas pendudukan Jepang mengalami kekosongan kekuasaan tak terkecuali Korea.

Momentum itu lantas dimanfaatkan oleh para tokoh Korea untuk menyatukan kembali wilayah Korea atau dikenal dengan Unifikasi. Maka pada saat itu terjadi pembagian wilayah sementara. Wilayah Utara diamankan ideologi Komunis yang dikepalai Kim il sung, sementara Wilayah Selatan diamankan ideologi Liberal yang dipimpin Syngman Rhee. 

Perpecahan yang termanifestasi dalam Perang Korea tersebutlah yang sampai detik ini membuat wilayah Korea terbagi terbelah dua.

Rekomendasi