Sangkalan Keberadaan Crosshijaber dari MUI

| 15 Oct 2019 15:51
Sangkalan Keberadaan Crosshijaber dari MUI
Ketua MUI Bidang Informasi dan Komunikasi Masduki Baidlowi (Wardhany/era.id)
Jakarta, era.id - Beberapa waktu lalu, muncul fenomena crosshijaber di sosial media. Informasi ini ramai setelah unggahan @lnfinityslut tentang keberadaan crosshijaber ini. Akun tersebut mengunggah keberadaan komunitas tersebut yang ada di Instagram. 

Namun, keberadaan mereka disangkal Ketua MUI Bidang Informasi dan Komunikasi Masduki Baidlowi. Masduki bilang peristiwa seperti ini tidak pernah ada, kalaupun ada hal itu merupakan rekayasa belaka tanpa dia memaparkan datanya.

"Padahal peristiwanya enggak ada, direkayasa di media sosial. Itukan yang akhirnya jadi korban siapa? Yang menjadi korban publik, yang jadi korban umat, masyarakat. Itu saya kira sangat berbahaya," kata Masduki kepada wartawan di Kantor MUI, Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, Selasa (15/10/2019).

Malahan dia menyebut, informasi itu salah dan sengaja disebarkan pihak tertentu.

"Berita di media sosial ... Itu bisa menggunakan rekayasa dari buzzer atau cyber army dari kondisi tertentu yang bisa dimainkan pihak-pihak tertentu," ujar dia.

Meski menyangkal keberadaan crosshijaber, MUI menyatakan laki-laki yang menggunakan pakaian perempuan adalah tindakan terlarang.

"Laki-laki menyerupai perempuan dan sebaliknya juga dilarang oleh agama, saya kira prinsip dasarnya gitu," ungkap Masduki.

Crosshijaber adalah tindakan laki-laki yang gemar menggunakan pakaian perempuan, dalam hal ini hijab. Mereka juga menggunakan cadar yang menutupi wajahnya.

Setelah ramai di media sosial, akun komunitas crosshijaber ini sudah hilang. Tim era.id sempat mencari beberapa akun di Instagram, yang tadinya menampilkan foto laki-laki dengan dandanan wanita muslimah namun akun ini menghilang.

Satu akun @crosshijaberss yang kami temukan, diikut sekitar 1.292 dan ada empat foto yang diunggah. Hanya saja kami tak bisa melihat foto unggahan itu, karena akunnya dikunci. Tagar #crosshijabers di Instagram kini juga lebih dimanfaatkan toko online shop menjajakan dagangan hijab mereka.

Tangkapan layar hashtag crosshijaber di Instagram. (Istimewa)

 

Keberadaan crosshijaber menakutkan untuk beberapa kalangan. Meski setiap orang punya kebebasan dalam berpakaian, tapi untuk crosshijaber, ini adalah tindakan yang tidak wajar. Sebab, crosshijaber yang merupakan laki-laki, bisa masuk ke ranah privat perempuan, adalah hal terlarang bagi agama.

"Jika lelaki yang menggunakan busana hijab lengkap dengan sudah masuk ke ranah privat perempuan sampai salat di area yang seharusnya bukan untuk lelaki, rasanya sudah tidak lagi dalam batas wajar," kata warga Dewi (24).

"Baik dari sisi agama pun secara sosial. Hal seperti ini tentu akan mengganggu secara personal atau privasi perempuan pada umumnya," imbuh Dewi.

Senada, Fitri (25) yang merupakan pekerja swasta juga menilai fenomena crosshijaber ini berbahaya karena mudah diarahkan ke hal yang negatif. 

"Kalau seorang crosshijab ada di suatu lingkungan, orang-orang di sekitarnya kemungkinan besar enggak tahu sosok asli si crosshijaber (laki-laki yang menyamar jadi perempuan), dan orang-orang yang ada di sekitarnya enggak cuma bisa jadi korban kejahatan, tapi bisa juga terbawa dalam suatu masalah yang bahkan enggak diketahui orang itu, karena istilahnya si orang itu juga dibohongin," jelasnya.

Dilansir Antara, Psikolog klinis Nena Mawar Sari mengatakan perilaku crosshijaber yang merupakan turunan dari crossdressing, dalam istilah medis dikenal dengan sebutan transvestisisme, yakni perilaku yang sering kali dianggap sebagai penyimpangan, yang merupakan gangguan kejiwaan. Sebab, ada keinginan dari seorang laki-laki atau perempuan mengenakan pakaian yang biasa dikenakan oleh jenis kelamin sebaliknya.

Sementara, dilansir dari magdanlene.co psikologi klinis dan pendiri Yayasan Pulih, Kristi Poerwandari berpendapat, crossdressing ini adalah sebuah fetish atau fiksasi seksual terhadap suatu objek atau organ tubuh. 

Senada, psikolog klinis dari klinik AngsaMerah, Inez Kristanti, menjelaskan crossdressing memang dapat menjadi sebuah fetish, namun crossdressing juga bisa menjadi awal dari eksplorasi identitas gender si individu.

"Identitas gender dengan ketertarikan seksual itu berbeda. Kalau dia berkeinginan menjadi perempuan, itu sudah masuk dalam ranah identitas gender. Sedangkan kalau fetish itu definisinya ketertarikan seksual pada benda-benda atau pun objek," ujar Inez kepada magdanlene.co.

Dalam laporan magdanlene.co berjudul "Crosshijaber: Aku Laki-laki, Aku Heteroseksual, dan Aku Berhijab", laki-laki bernama Fianda mengaku tak tahu alasan dirinya senang memakai baju-baju perempuan. Tapi yang pasti, dia merasa nyaman ketika memakai hijab karena bisa menutupi identitas kelelakiannya.

Fianda mengatakan, dirinya adalah heteroseksual, begitu juga dengan banyak crosshijaber lainnya. Namun, dia tak menampik, ada juga temannya yang mengeksplorasi seksualitas mereka dan berhubungan dengan laki-laki.

"Sebagian besar crosshijaber adalah laki-laki yang masih menyukai perempuan. Malahan, menjadi sebuah prestasi tertinggi bagi kami jika partner kami tahu bahwa kami crosshijaber," ujarnya.

Rekomendasi