Dosen IPB, Molotov, dan Rencana Jahat untuk Pelantikan Presiden

| 18 Oct 2019 20:27
Dosen IPB, Molotov, dan Rencana Jahat untuk Pelantikan Presiden
Barang bukti kasus Abdul Basith dan kawan-kawan. (Rizky/era.id)
Jakarta, era.id - Dosen nonaktif Institut Pertanian Bogor (IPB) Abdul Basith memang punya niat jahat merusak rangkaian pelantikan presiden dan wakil presiden pada 20 Oktober 2019. Demikian dikatakan Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Argo Yuwono. Niat jelek Basith dan teman-temannya itu dilakukan dengan cara menunggangi massa agar menciptakan kerusuhan saat pelantikan berlangsung.

"Ini kelompok yang membuat chaos yang mendompleng di acara unjuk rasa. Bisa pengaruh ke pelantikan DPR-MPR dan pelantikan Presiden," ucap Argo di Jakarta, Jumat (18/10/2019).

Bukan asal tuduh, Argo mengaku punya bukti kuat terkait maksud jelek yang direncanakan Basith. Pihak kepolisian mendapatkan informasi bahwa Basith bersama keempat rekannya berinisial SS, SN, SO, dan YD telah menggelar pemufakatan jahat.

Permufakatan itu bertujuan untuk membuat kekacauan dan pembakaran. Setidaknya, rencana tersebut sudah dirancang untuk aksi unjuk rasa di sekitar Gedung DPR RI, pada 24 September 2019. Perencaannya itu dilakukan di kediaman tersangka SN, di kawasan Ciputat, Tangerang Selatan, pada 20 September 2019.

Permufakatan tersebut menghasilkan kesepakatan soal siapa-siapa yang mencari eksekutor, mencari eksekutor, menghubungi pembuat bom, dan mencari koordinator massa.

Pria berinisial YD menjadi penanggung jawab terkait penyedia bom. YD meminta uang kepada tersangka lainnya, EF, untuk membuat molotov yang nantinya akan digunakan pada saat demonstrasi 24 September, senilai Rp800 ribu. Hingga akhirnya tanggal 23 September, tujuh molotov pun siap digunakan.

Baca Juga : Lika-Liku Rencana Kericuhan Abdul Basith

Tujuh bom molotov itu dibagi kepada tiga tersangka, yakni dua buah untuk tersangka ADR dan dua buah untuk tersangka KSM. Keduanya saat ini masih DPO. Sementara tiga buah molotov lainnya dibawa tersangka YD. "Tiga bom molotov dipegang YD dilempar ke petugas dua biji dan satu biji untuk bakar ban," kata Argo.

Atur ulang strategi

Meski telah menggunakan bom molotov untuk mericuhkan aksi, Abdul Basith dan kawan-kawan merasa tak puas dengan hasil yang didapat. Abdul Basith pun meminta diadakan kembali permufakatan guna merencanakan aksi lanjutan.

Perencanan lanjutan itu digelar di kediaman SO yang berada di kawasan Tangerang. Di rumah itu, Abdul Basith, bersama dengan SN, DMR, JS, dan AK mengatur ulang strategi untuk membuat kekacauan di aksi demonstrasi Mujahid yang berlangsung 28 September.

Bahkan dalam rencana itu, mereka tak lagi menggunakan molotov melainkan bom rakitan. Rencananya, bom itu akan diledakkan di beberapa titik di sekitar Jakarta, terutama di tempat-tempat perekonomian dan seluruh retail. "Permufakatan itu untuk mematangkan, melakukan peledakan tanggal 28 di 9 titik," kata Argo.

Dalam merencanakan aksi itu, Abdul Basith harus mengeluarkan biaya hingga Rp9 juta untuk membuat bom rakitan. Sebab, dirinya harus mendatangkan perakit bom yang berada di Papua dan membeli bahan-bahan merakit bom. Singkat cerita, sebanyak 29 bom berhasil dibuat.

Tetapi rencana itu gagal. Pada 27 September 2019, Abdul Basith bersaama beberapa rekannya keburu ditangkap polisi. Penangkapan itu kemudian disusul dengan penangkapan orang-orang yang berperan sebagai eksekutor di lapangan hingga pembuatan bom.

Puluhan bom rakitan yang disiapkan untuk diledakkan di 9 titik sekitaran Jakarta itu disebut memiliki daya ledak yang cukup besar. Bahkan, bom yang telah diisi dengan paku dan terbuat dari serutan korek api itu, bisa melukai banyak orang. Hal itu diketahui setelah dilakukan uji coba peledakan.

Kepala Urusan Bahan Peledak Puslabfor Mabes Polri Kompol Heri Yandi mengatakan, dari uji coba itu bom rakitan tersebut memiliki daya ledak cukup tinggi dan dapat dirasakan dari jarak puluhan meter. "Kerusaknnya cukup kuat, bisa jarak 30 meter," kata Yandi.

Selain itu, bom tersebut juga diciptakan untuk membuat mata orang-orang di sekitar ledakan menjadi perih akibat terkena asap. Sebab, bom itu telah dimasukkan bubuk merica. "Ada merica sifatnya pedas dengan harapan asapnya bisa melukai mata," singkat Yandi.

Tags : dosen ipb demo
Rekomendasi