Suara 11 Ribu Ilmuan tentang Darurat Perubahan Iklim

| 08 Nov 2019 10:21
Suara 11 Ribu Ilmuan tentang Darurat Perubahan Iklim
Ilustrasi (pixabay)
Jakarta, era.id - Perubahan iklim kini semakin nyata menunjukkan ancaman untuk bumi. Lebih dari 11 ribu ilmuan dari seluruh dunia telah menyatakan bahwa planet ini menghadapi krisis perubahan iklim dan mendukung adanya tindakan nyata dari penghuninya.

Dalam sebuah pernyataan yang dimuat dalam jurnal BioScience, para ilmuan telah menandatangani pernyataan keilmuan yang mengatakan krisis iklim telah tiba dan lebih cepat dari yang diperkirakan oleh para ilmuan. 

"Para ilmuan memiliki kewajiban moral untuk menjelaskan dan memberikan peringatan mengenai ancaman buruk yang ada," demikian bunyi pernyataan tersebut, seperti dikutip ABC, Jumat (8/11/2019). 

Pernyataan ini berisi tanda tangan para ilmuan dari 153 negara yang menyerukan agar laporan mengenai perubahan iklim untuk mempertimbangkan indikator lebih luas, tak sekadar mengenai suhu permukaan bumi saja.

Para ilmuan menyerukan dibuatnya indikator yang mengukur kegiatan manusia apa saja yang berdampak pada emisi gas rumah kaca, dan dampak keseluruhan terhadap perubahan iklim, lingkungan, dan masyarakat. Disebutkan kegiatan manusia yang bisa mengubah perubahan iklim seperti kesuburan, perjalanan udara, produksi daging. Serta 14 pengukuran dampak perubahan iklim seperti tingkat keasaman laut, isi laut yang menghangat, dan jumlah peristiwa yang ekstrem.

Mereka juga menyampaikan berbagai hal yang disebut sebagai 'tanda vital' yang harus dilihat pada bumi, di mana tanda ini menggambarkan perubahan iklim.

Profesor William Ripple dari Oregon State University, Amerika Serikat, menjadi roda penggerak utama deklasi dari ribuan ilmuan di seluruh dunia ini. Ia berharap penyataan yang dikeluarkan bersama tersebut akan mendorong berbagai negara untuk membuat deklarasi yang sama. 

Penyataan ini mengingatkan kembali kepada kita laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) 2018 yang melaporkan hanya 12 tahun tersisa untuk menyelamatkan dunia sebelum melewati batas pemanasan yakni 1,5 derajat Celcius, demikian dikutip Huffington Post.  

Sebelumnya, para ilmuwan yang tergabung dalam Aliansi Ilmuwan Dunia juga telah mengeluarkan peringatan yang sama mengenai ancaman terhadap lingkungan dunia pada 2017. 

Professor Thomas Newsome, dari University of Sydney yang juga menjadi salah satu penulis utama deklarasi mengatakan pengukuran ini harus menjadi bagia dari diskusi publik mengenai perubahan iklim. "Kami berpendapat bahwa pemerintah di tingkat masing-masing negara bisa melaporkan data ini kepada publik sehingga perkembangannya bisa dipantau," kata Newsome.

Baca Juga: Peran Besar Greta Thunberg untuk Perubahan Iklim Global

"Juga publik bisa belajar bagaimana mereka bisa membuat perbedaan dalam hidup mereka sendiri yang bisa mengurangi dampak perubahan iklim".

Deklarasi ini dirilis sehari setelah peringatan tiga tahun Perjanjian Paris pada 4 November 2016. Perjanjian ini disepakati oleh berbagai negara untuk berupaya menurunkan suhu bumi yang semakin meningkat setiap tahunnya. 

Inggris, Irlandia, dan Skotlandia termasuk dalam negara yang menyatakan keadaan darurat perubahan iklim bersama dengan lebih dari 1.000 kawasan lebih kecil dari negara, termasuk kota Canberra, Sydney, dan Melbourne di Australia.

Bulan lalu pemerintah Federaal Australia menolak menyatakam adanya krisis iklim di seluruh Australia, dengan Menteri Pengurangan Emisi Australia Angus Taylor menyebut itu hanya tindakan 'simbolis.'

Lebih dari 400 ribu warga Australia sudah menandatangani petisi yang sekarang sudah diserahkan ke Parlemen, mendesak pemerintah menyatakan keadaan darurat soal iklim.