Gempa 6,1 SR yang berlokasi di Banten kemarin itu memang bikin heboh Jakarta. Semua karyawan perkantoran, tanpa terkecuali, meninggalkan gedung dan menyemut di pelataran kompleks. Lalu lintas Jakarta juga langsung macet.
Kembali ke Puri Imperium. Saat gempa terjadi, Conny yang sedang rapat awalnya mengira pusing. Dia baru sadar gempa setelah beberapa peserta rapat lari ke luar. Tanpa ada yang memandu, rombongan ini turun dari lantai dua, mencari tempat terbuka. Tidak jelas juga apakah itu tempat yang sudah disepakati sebagai lokasi evakuasi atau bukan.
"Kami malah ngumpul ke tempat parkiran motor," kata Conny kepada era.id, Rabu (24/1/2018).
Seingat Conny, saat gempa terjadi, tidak ada alarm atau pemberitahuan apapun dari pengelola gedung. Termasuk petugas keamanan, semisalnya, yang memandu mereka untuk turun dan pergi ke arah mana yang aman. Semuanya berlari atas inisiatif sendiri.
Sudah banyak analisa yang menyebut Indonesia, termasuk Jakarta, adalah lumbung bencana alam. Meski terdengar menyeramkan, malah ada yang memprediksi, gempa super besar bisa saja mampir di Jakarta. Kondisi ini jadi salah satu pemicu ibu kota harus pindah dari Jakarta. Kalimantan dipilih karena pulau ini terbilang minim kemungkinan bencana.
Siang tadi, Jakarta pun kembali disapa gempa, meski tidak sekuat pendahulunya. Kekuatan gempa sebesar 5,1 SR. Lokasinya masih sama dengan sebelumnya. Dan waktunya mirip-mirip yang terjadi pada Selasa lalu, hanya berbeda dua menit.
Kini jadi pertanyaan, siapkah kota ini menghadapi bencana?
Latihan menghadapi gempa jamak dilakukan warga Jepang. Negeri ini tahu betul mereka harus akrab dengan bencana itu. Makanya latihan pun dilakukan sejak SD. Sistem peringatan dini terbilang mumpuni. Telepon siapa pun yang berada di Jepang, akan berbunyi saat terjadi gempa yang berpotensi menimbulkan tsunami. Jepang mempunyai pengeras suara di setiap wilayah untuk menyiarkan informasi darurat kepada warga.
Bagaimana dengan kita?