Dua Menit Jelang Akhir Peradaban

| 27 Jan 2018 08:00
Dua Menit Jelang Akhir Peradaban
Ilustrasi (Muhammad Wicky Isya Firdaus/era.id)
Jakarta, era.id - Mimpi buruk tentang akhir peradaban umat manusia telah kembali. Kemarin, Kamis (25/1), Jam Kiamat (Doomsday Clock) kembali ke titik prediksi paling mengkhawatirkan, yaitu 'Dua Menit Jelang Tengah Malam'. Dalam analogi Jam Kiamat, Tengah Malam dimaknai sebagai malapetaka yang mengancam peradaban manusia.

Jam Kiamat adalah sebuah simbol yang diciptakan untuk menggambarkan seberapa dekat umat manusia dengan ancaman akhir zaman. Dikelola sejak tahun 1947 oleh sekelompok ilmuwan Universitas Chicago, Amerika Serikat, yang terpantik oleh peristiwa pengeboman Hiroshima-Nagasaki di tahun 1945.

Para ilmuwan yang tergabung dalam The Bulletin of the Atomic Scientists, BPA itu sepakat untuk membentuk simbol peringatan bagi seluruh manusia, terutama para pemimpin dunia untuk menjauhi sikap-sikap yang dapat memicu pecahnya perang.

Kelompok ilmuwan yang tergabung dalam BPA kala itu memang sangat 'dekat' dengan peperangan. Mereka adalah orang-orang yang terlibat dalam proyek pengembangan senjata atom yang pertama. Selain itu, perang memang jadi ketakutan terbesar dalam peradaban manusia kala itu.

Dalam laporannya, BPA menyebut retorika perang antara Amerika Serikat (AS) dan Korea Utara sebagai dasar penetapan 'Dua Menit Jelang Tengah Malam'. Mereka merinci, kondisi alam yang makin parah sebagai buntut perubahan iklim, perluasan senjata nuklir AS dan pernyataan Presiden AS, Donald Trump soal kegiatan intelijennya telah berkontribusi pada peningkatan ketegangan di dunia dan berpotensi mendekatkan manusia pada akhir peradaban yang mengacu pada wacana soal perang dunia III.

 

Ketegangan dunia dalam catatan Jam Kiamat

Sejak diciptakan pada 1974, Jam Kiamat telah mencatat sejumlah peristiwa-peristiwa paling kritis di dunia. Sebagaimana analogi yang tercipta sejak awal, semakin kritis peristiwa tersebut, maka makin dekat jarum jam ke angka 12.

Saat pertama diciptakan, para ilmuwan sepakat menempatkan jarum jam pada posisi 'Tujuh Menit Jelang Tengah Malam' untuk menggambarkan seberapa kritis kondisi dunia akibat perang dingin. Sejak itu, jarum jam telah berubah posisi sebanyak 22 kali.

Dan wacana perang dunia III telah menempatkan jarum Jam Kiamat pada posisi paling kritis. Posisi 'Dua Menit Dalam Tengah Malam' sejatinya pernah terjadi pada tahun 1953, sebagai penggambaran betapa dekatnya dunia dari kehancuran akibat uji coba perangkat termonuklir AS pada Oktober 1952 yang disusul dengan uji coba bom hidrogen Uni Soviet sembilan bulan setelahnya.

"Faktanya, Jam Kiamat kini mendekati tengah malam, dengan titik kritis paling mengkhawatirkan sebagaimana pernah terjadi di tahun 1953, sebagai refleksi dari kekhawatiran akibat perang dingin," ungkap ilmuwan BPA, Lawrence Krauss sebagaimana dilansir Straits Times, Jumat (26/1/2018).

(Infografis: Muhammad WIcky Isya Firdaus/era.id)

Bagaimana Jam Kiamat bekerja?

Pergerakan Jam Kiamat ditetapkan berdasar pemantauan dan kajian mendalam yang dilakukan para ilmuwan terhadap situasi dunia dalam periode tertentu. Hasil pantauan dan kajian mendalam itu kemudian didiskusikan dengan Dewan Sponsor yang terdiri 15 orang peraih Nobel. Situasi itu kemudian diklasifikasikan ke dalam tingkatan-tingkatan, tergantung seberapa membahayakan peristiwa tersebut.

Semula, para ilmuwan hanya memperhitungkan kondisi ekonomi, sosial ataupun politik yang diperkirakan dapat memicu peperangan. Namun, seiring waktu berjalan, para ilmuwan juga mulai menyertakan aspek alam, seperti perubahan iklim sebagai indikator yang mereka anggap dapat mengancam peradaban manusia.

Jadi, semakin berbahaya suatu kondisi politik, sosial, ekonomi dan alam yang terjadi, maka akan semakin dekat kita pada akhir peradaban, yang dianalogikan dengan angka 12 yang berarti juga 'Tengah Malam' atau masa berakhirnya satu hari dalam hitungan 24 jam.