Dari kelima nama itu, nama Muhaimin menempati urutan pertama dengan perolehan 14,9 persen. Kemudian Zulkifli Hasan dengan 3,8 persen; TGB Zainul Majdi dengan 2,2 persen; Sohibul Iman 1,9 persen; dan Romahurmuziy 1,1 persen.
Namun yang menarik adalah, dari kelima nama yang disodorkan, sebanyak 76,1 persen responden memilih tidak menjawab.
"Angka 76,1 persen inilah sebenarnya pemenang karena sampai saat ini mereka belum tahu akan memutuskan memilih siapa," kata peneliti LSI, Taufik Febri dalam diskusi di Cikini, Jakarta, Sabtu, (27/1/2018).
Kendati demikian, Taufik menyemangati kelima calon tadi. Di waktu yang tersisa menyambut Pilpres 2019, para calon ini bisa meningkatkan pengenalan, meningkatkan kesukaan, dan meningkatkan pemberian dukungan.
"Yang pasti, para tokoh harus dikenal lebih banyak minimal 70 persen, disukai lebih banyak, dan memiliki program yang bisa menjangkau masyarakat luas," kata Taufik.
Survei ini dilaksanakan sejak 20 Desember - 31 Desember 2017 dengan metode multistage random sampling dengan margin of error sebesar 2,8 persen ini dengan pertanyaan tertutup dan memunculkan lima nama tadi. Proses ini dilakukan dengan cara tatap muka langsung dengan responden.
Dari survei ini pula, diketahui bahwa isu sentimen agama semakin meningkat menjelang Pilpres 2019. Angkanya terus meningkan dari 40 persen di bulan Maret 2016, kemudian menjadi 71, 4 persen pada Januari 2017.
Selain itu, berdasarkan Data Survei Nasional pada Desember 2017, posisi calon presiden terkuat dipegang oleh Joko Widodo dengan 38,4 persen; kedua Prabowo Subianto dengan 24,6 persen; Gatot Nurmantyo dengan 7,5 persen; Anies Baswedan dengan 4,9 persen; Agus Harimurti Yudhoyono dengan 4,1 persen; dan 17,3 persen masih belum tahu atau belum memutuskan.
"Dua calon presiden terkuat, Jokowi dan Prabowo dinilai sebagai sosok nasionalis. Menguatnya sentimen agama menuntut kedua tokoh ini agar mencari pendamping dari kalangan Islam," kata Taufik.